sahabat, bagaimana kabar kau disana? ku dengar kau kini sudah melangkah maju kedepan. aku berharap, aku bisa terus melangkah menjajari langkahmu kelak.
sahabat, aku disini terus melakukan semua aktivitas yang ku ketahui selalu kau lakukan. ya...memang sih aku hanya mendengar kabar-kabar saja. aku melakukan itu semua supaya aku bisa selalu dekat denganmu.
aku ikuti gaya hidupmu, aku ikuti buadayamu, sehingga aku tak dapat lagi menemukan dimana budayaku sendiri.
sahabat, aku tak pernah tau mengapa aku bisa menjadi seperti sekarang ini. seandainya saja kau tau apa yang terjadi.
aku disini diam dalam harta bergelimpang, tapi aku tak tau harus ku apakan.
mengapa hanya kamu yang menjadi kiblatku?
mengapa hanya ada bayang-bayangmu di pelupuk mataku?
sahabat, banyak orang besar yang berjajar disini.
banyak orang-orang gagah berseragam disini.
mereka mengagungkan jabatan mereka.
apa kau juga begitu? aku kira, kau juga melakukan hal yang sama seperti apa yang ku lakukan disini.
sahabat, aku selalu ingin seperti kau.
semua orang berusaha agar aku menjadi maju seperti kau.
aku pun terus melangkah maju, berlari kalau perlu
tak peduli aku akan terjatuh. ngomong-ngomong, aku sudah jatuh kedalam 3 lubang loh!
tapi aku terus berusaha agar aku bisa seperti kau.
ironis memang, sahabatku.
kau dulu bergantung padaku, menggunakan tongkat yang selalu menopang hidupku.
tapi kini...aku melihat kamu sudah berlari jauh
aku disini tertatih dengan meminjam bantuan dari orang lain.
aku banyak meminjam agar aku bisa sepertimu, sahabat.
sahabat, aku yakin kelak...aku akan seperti kau.
tak lagi ku pedulikan orang berseragam itu, orang yang bersembunyi di balik jabatan mereka.
aku ingin berlari bersamamamu, bahkan kalau perlu aku akan menarikmu maju kedepan.
(fakta ironis tentang negri kita)
Read more...