Sunday, October 24, 2010

Lain Ladang, Lain Belalang

pepatah itu sudah tidak asing lagi kita dengar. semenjak kita semua masih duduk di SD; mungkin kita sudah sering mendengar pepatah itu. semenjak SD pula, kita sudah sering menuliskan arti dari pepatah itu. Namun, semua itu hanya sekedar hitam diatas putih.,Terkadang, kita sendiri tidak menyadati kalau sehari-hari kita berada dalam kondisi pepatah demikian.
sedikit cerita saya, yang sedikit banyak merupakan perwujudan konkret dari pepatah diatas.

Saya di lahirkan di tengah2 keluarga sederhana dan harmonis, yang dimana berdomisili di Jakarta. sejak kecil, kosakata Jakartalah yang sering saya dengar. tidak menutup kemungkinan, budaya2 dan tata cara hidup Jakarta juga berada di sekeliling saya.
Sampai akhirnya, saya pindah ke Solo. mungkin karena budaya Jakarta sudah melekat pada diri saya, pada saat di Solo...saya mengalami sedikit culture schok. dimana dua buah budaya bertemu dan seorang individu berusaha untuk mengadaptasikan dirinya di tengah2 budaya tersebut.
bila di Jakarta, saya lapar dan ingin makan, ya saya tinggal lari ke dapur dan makan sesuka hati. tidak peduli ada orang lain(bahkan orang lebih tua) sedang duduk di hadapan saya. tapi disini tidak. saya di tuntut harus mengucapkan "Makan, Om! atau makan Mbah! atau...mari Makan!"
saya juga tidak bisa seenaknya berucap..."aduh sialan! kemaren gue lupa nonton itu acara! ah,ketinggalan satu episod deh gue!" karena ucapan itu terdengar aneh di telinga masyarakat solo.
saat saya berkunjung ke rumah tante saya, lallu tante saya menyuguhi es teh. dengan santai saya berucap "emm...kok nggak manis sih tehnya" lalu dengan tegas ibu saya menyodok tulang rusuk saya, "Hush..nggak boleh ngomong gitu. nggak sopan"
ada juga saat tante menyuguhkan banyak makanan dan mempersilahkan untuk dimakan. saya berkata "ga ah, ma! aku nggak suka makanan itu"
dan lagi2 ibu saya menyodok tulang rusuk saya. "Shally, nggak boleh bilang begitu"
hey...sejak kecil saya terbiasa mengucapkan apa yang saya rasakan. di Jakarta, tempat saya dahulu...itu wajar. justru kami di tuntut mengucapkan apa yang kami rasakan, biar tidak ada kesalah pahaman. tapi tidak di masyarakat solo. mreka masyarata yang cenderung mengagungkan kesopan santunan dan tata krama. mungkin itu pengaruh dari budaya kraton. Jadi sebisa mungkin saya harus sesopan mungkin terhadap orang lain.

Lain lagi halnya begitu saya pindah ke Jerman. Bilamana dahulu saya hanya menemui budaya Solo dengan budaya Jakarta. sekarang ini saatnya saya mengadaptasikan diri yang tadinya berbudaya Timur, menjadi berbudaya Eropa. cultur Schok? tidak dua kali bertanya, jelas itu terjadi. bahkan semenjak saya menginjakkan kaki di Bandara Frankfurt.
tidak ada senyum sambutan ramah tamah dari pegawai Bandara, seperti yang sering saya temui di bandara2 Indonesia. semua disini, mengurus diri sendiri. tidak ada yang peduli dengan kehadiran orang lain.
sewaktu saya menunggu koper saya di roda berjalan, semua orang sibuk dengan diri sendiri. dan sewaktu koper saya datang, dengan susah payah saya mengangkat koper yang bila diukur bisa mencapai segede kulkas. untuk ukuran gadis remaja seperti saya, jelas itu terlalu berat. dan karena budaya timur masih melekat pda diri saya, otomatis saya berseru...Hey, Hilfe! tolong! Help! somebody help me...
dan tau apa yang terjadi?? seluruh orang di dekat roda berjalan itu memperhatikan saya. MEMPERHATIKAN. tak ada yang bertindak sedikitpun sesuai permintaan saya tersebut. jangankan bertindak, bergerakpun tidak ada. hanya diam mematung, memperhatikan saya seolah saya ini makhluk dari planet sebelah.
oke, mungkin saya memang terlihat aneh barangkali. karena teriak2 sesuka hati di bandara.


Saya sempat tinggal di solo selama 7 tahun, maka dari itu banyak budaya solo yang sudah mendarah daging di diri saya. seperti halnya...kejadian diatas. saya tidak bisa seenaknya berkata sesuatu yang tidak saya sukai atau mungkin mengucap sesuatu keinginan saya...contohnya...saya sedang berkunjung kerumah orang dan saya haus berat. tidak bisa saya berucap "Aduh haus nih. minta minum dong!" mungkin saya sudah di pukuli orang satu RT karena dianggap tidak sopan. kita sebagai tamu, di tuntut harus sopan dan mengikuti sang tuan rumah. kalau di suguhi ya syukur, kalau tidak ya berarti bukan rejeki.
nah, maka dari itulah...begitu saya berkunjung kerumah teman saya di Jerman(beliau orang Jerman), saya masih menerapkan budaya timur. malam itu, tmen saya dan kluarga sedang bersiap mkan mlam. karena saya sudah menginap di rumah teman dari kemarin malam, otomatis makan dan tidur, beliau sediakan untuk saya. sayapun bergabung dalam acara makan mlm kluarga itu. lalu datanglah seorang kerabat dari teman saya.
hal yang membuat saya heran adalah...kerabat tersebut hanya berdiri di pintu ruang mkan sementar kami semua sdang menyantap nikmat mkan mlm.
dan yang semakin anehnya lagi adalah...teman saya dan kerabatnya itu berbincang seru. ha? bagaimna bisa? teman saya duduk dan makan enak,sedangkan kerabatnya berdiri di pintu dan masih bisa bercanda tertawa dengan teman saya yang sedang mkan itu.
karena penasaran, sayapun bertanya,..loh, kerabat anda tidak diajak mkan? kok dia tidak duduk bersama kita?
dan dengan santainya teman saya menjawb...dia datang mendadak, dan tidak bilang untuk bergabung makan malam bersama kita. ya jadi dia tidak dapat mkan malam.
Ow...ow...ow...
hal ini membuat saya berfikir. di negara saya, bila ada tamu datang...mreka akan senang hati mempersilahkan sang tamu untuk ikut bergabung mkan meski sang tuang rumah tau sekali kalau mkanannya tidak akan cukup dan tidak ada porsi tambahan untuk sang tamu. jadi, demi kesopan santunan...sang tuang rumah rela memberikan jatah mkannya untuk sang tamu.pdahal bisa jadi setelah mkan mlam itu, sang tuan rumah tidak ada lagi persediaan mkanan. dia bisa jadi kelaparan dan lain sebagainya.
sedang di eropa...tanpa janji terlebih dahulu, ya tak akan terlaksana sebuah acara. tidak peduli orang yang datang itu teman dekat atau kluarga skalipun. kalau dari awal tidak ada janji mkan malam, ya berarti tak ada mkan mlam.
hupf...
ini bukan berarti saya membandingkan dua budaya yang berbeda.sperti diawal tadi, saya hanya mewujudkan daripada pepatah Lain Ladang, Lain Belalang.
ini juga bisa menjadi bhan renungan kita..dimana, karena kita sudah tau akan adanya pepatah itu...maka lebih baik bilamana kita pintar2 membaya diri agar nantinya tidak ada kesalahpahaman atau kontra budaya.

Read more...

Thursday, July 29, 2010

teman baru

Hupf...hari pertama di Altena cukup kikuk buat gue. hari ini tanggal 15 bulan Juli 2010. gue bangun dan langsung sarapan bareng sama Nina. dia jadi privat guide gw di rumah ini. selesai sarapan, gue di tinggal nonton tv sama dia. yah, bosen deh gw.
aha, daripada w bosen sndiri, gw ke lantai bawah aja. kmren sblum gw tdur, Karin smpet nunjukin ruangan2 di rumah ini. dan dia bilang gw bisa pakai laptop dia. sapa tau kalo gw mnjem skrang, dia mau mnjemin.

gue turun ke lantai bawah. karin lagi nyetrika.
"Hai,,," sapa gue. dia menghentikan setrikaannya.
"Lagi apa? aku sedikit bosan nih" kata gue dengan bhasa Inggris ancur abis. kenapa sih gue ini? tiap kali mau ngmng bhasa inggris, di kepala gue tuh selalu muncul kata2 bhasa jerman. jadi campur aduk bgni.
Karin naroh setrikaannya dan memandang gue saat kita ngbrol bareng.
"Jah...memang dsini agak bosan"
"Em...setrikaanmu sebanyak itu?" gw memandang keranjang2 di seklilingnya. ada bnyak keranjang dan semuanya penuh dengan baju2.
Dia menghembuskan napas berat.
"Ja, itu memang strikaanku tapi aku gag harus ini menyelesaikannya. aku bisa besok selesainnya. itu yang kemarin baru aku setrika," jelasnya. gue manggut2 mengerti.
terus kita terjebak dalam brolan kaku. hanya erdengar suara musik dari laptop Karin. gue nggak ngerti musik apa itu. alirannya sedikit reagee gitu.

"Duh, bhasa Inggrisku jadi jelek nih. di dalam kepalaku berputar kata2 jerman terus. agh...menyebalkan!" curhat gue memulai pembicaraan. karin terkik geli.
"Ya memang itu semua sulit. saya rasa begitu karena saya tidak bisa bhasa jerman. kamu beruntung bisa keduanya"
GUe tersipu malu.
"Ohya, darimana asalmu?"
"saya dari Polan. kamu dari Indonesia ya sama seperti Lusy?" tebaknya menyebut nama tante gue. gue mengangguk bangga.

Kita kembali terjebak dalam situasi kaku. dia lanjutin setrika, gue celingak celinguk memperhatikan seisi ruangan. ini tuh ruangan khusus buat nyuci. tau sndiri kan gmna, pasti banyak mesin cuci, banyak alat pengering, dan yang jelas banyak pakaian. entah yang kotor maupun yang bersih. ada bak2 baju kotor dan bersih, papan setrikaan, ada wastafel yang nggak kepake malah dipakai buat saluran air. ada kloset jga yg gag kepake, sebagai gantinya, diatasnya ditaruh kotak kayu besar yang isinya detergen2 dan pewangi2 pakaian.

"Ohya, kalau kamu bosan, kamu bisa kok pakai laptop saya kalau kamu mau,"
mata gue langsung berbinar. nah ini dia yang gue nanti.
"Boleh?"
"Sure," katanya tersenyum ramah.
diapun menyopot kabel setrikaan terlebih dahulu. lalu mencopot kabel ekstension yang menghubungkan laptop ke musicplayernya. barulah ia menggotong laptopnya keluar dari ruangan itu, menuju dua pintu di sebelah ruangan itu.

tada...inilah kamar Karin. gue tau itu. kan kmren dia udah ngasih tau dalam short tour-nya sblum tdur. dsebelah kamar Karin, alias diantara ruang cuci dan kamar Karin, adalah kamarnya Ed-bla.

"Saya tinggal dulu ya. saya harus menyetrika lagi," katanya setelah menyiapkan laptop menyala diatas meja. gue mengangguk berterima kasih.
uhuy...akhirnya gue bisa berselanyar ria. chatting, browsing, dan nulis. gag tau knapa, gw selalu suka moment ini. apa krena gue freak internetan ya? ga juga. gue pengen cepet2 nulis nih. jadi pngen beli laptop sndiri.

Lagi enak2nya nulis sambil chatting via fesbuk, Karin datang dan langsung membanting badannya diatas kasur.
"Fyuh..i need to take a rest,"
gue tersenyum tipis. iya sih, setrikaannya bnyak gila. tapi kan dia ga harus nyelesein skrng. gag kayak gue, kdu hari itu juga. cpek deh!!

"Karin, apa kamu sudah keliling Altena? ada apa aja dsini? aku kan disini cuma 4 hari, aku ingin menikmati altena," kata gue.
Karin memutar matanya dengan wajah kelelahan.
"Altena itu kecil. disini tidak ada apa2, akupun dsini hanya 3 bulan. jadi aku gag smpet kemana2. tapi di sebelah sana ada castle, di sana ada sportzentrum, terus ada kolan renang bersama, yah...hanya itu,"
"Ohya? bisa kita kesana? krena kalau drumah terus aku pasti bosan,"
Karin menghembuskan napas pendek. "Ja, lihat sikon dulu ya. karena disini kan jam kerjaku tak tentu. kalau kerjaanku beres smua, kita bisa pergi,"
"Oke." jwab gue singkat. gue kembali asik dalam chattingan gw, tapi lama2 gw ngerasa gag enk. msa gw nyuekin Karin yang tduran di depan gw sih. ajak ngbrol kek, gw malah asik sama kgiatan gw sndiri. ah...

Akhirnya kita ngbrol panjang lebar, lumayanlah...kemampuan berbahasa Inggris gw kmbali datang. gw cerita ke dia kalau sebelumnya gw jadi guru bhasa inggris di Preschool gtu. dia pndengar yang baik, kdang menimpali meskipun dengan muka di tekuk. mungkin dia kecapean kali.
dia juga cerita kalau dulu dia pernah jadi aupair di tempat tante gue dua tahun lalu. dan ini kedua kalinya dia jadi aupair dsini.
kalau dulu sih dia gag cuma 3 bulan jadi aupair, jadi dia punya monate karte jga kayak gw itu. dan dia udah pergi ke Hamburg, dll.
okelah...obrolan kita sebatas itu doang. setelahnya, kita berdua sibuk nyiapin makan siang.

"Di kulkas cuma ada pizza. mungkin kita bisa lunch pizza aja," katanya menyodorkan dua toping sedang pizza dari dalam kulkas.
"tenang aja. saya sih mkan semuanya hehe"

Read more...

Wednesday, July 28, 2010

Altena oh Altena

Altena...nama kota kecil yang sebenernya gag pernah terpikirkan di benak gue.
gue ditinggal Ariane liburan ke Italy selama 2 mingguan. so, gw harus muter otak, kemana gue akan ngungsi tuk liburan supaya gag mati bosen di rumah. dan nyokap gw ngusulin tuk ke rumah tante gw di Altena. yaudah mau gag mau lah...cz Niken baru bisa nampung gw di Freiburg, tgl 19an. yaudah gw beli tiket ke Freiburg tgl sgtu, dan gw dianter Ariane ke tempat kursus nyanyi. dari tmpat kursus nyanyi, gue barengan sama tante gue ke rumahnya. rencana awalnya sih gitu eh tapi tante gue lagi masuk RS; jadi gue+kedua anaknya tante gue, dianter temennya deh yaitu Ulli.

Pas lagi kursus nyanyi, murid cowok yang dateng cuma dua orang. si George(anaknya tante gue) dan satu lagi gag tau siapa. dia blonde, sukanya pakai celana pendek, sneakers dan kaos oblong doang. lucu deh, kan mau ada lagu baru. otomatis kita semua nyatet lirik. nah, pensilnya tuh ada di belakang gue. masa dia mau ngambil pensil aja kikuk. mau nabrak gue segala pula haha...
jadi menurut gue, ini udah kesekian kalinya gue bertemu cowok Jerman yang suka kikuk gag jelas gitu. kok gue berasa ada di Jawa yah hihihi

Pas udah selelsai nyany, gue ambil barang2 gue dari bagasi mobil Ariane. kami berpelukan, mengucap selamat tinggal, selamat liburan dan semoga have fun. yeah...udah kayak keluarga normal aja. karena hujan. gue lari2 deh, buru2 ke mobil ulli, mindahin barang2 gue. ada apa sih sama mental orang Jerman? tau ada cewek berbadan kecil, bawa barang2 banyak menembus hujan, dan gag ada satu orangpun yang bantuin gue untuk masukin brang2 itu ke bagasi. ugh...

di dalam mobil, gue diam seribu bhasa. secara gue belum kenal sama kedua anak tante gue. gue cuma kenal sama Ulli dan temannya(namanya lupa, pokoknya dia cewek modis dgn rambut blonde pendek cepak, pakai tindik, dan umurnya udah gag muda lagi). dan gue nggak bisa ngbrol sama mreka, tau sndiri kan bhasa Jerman gue masih pas2an. gue takut kalau gue kebanyakan bilang "Wie bitte?" karena saking gag ngertinya, gue bkal mempermalukan diri gue sndiri.

gag lama kemudian, mobil meliuk2 menyusuri jalanan pegunungan. gue melongo kagum. pemandangannya sumpah bagus banget. kiri kanan tebing hijau2, kalau kalian pernah ke puncak-Jawa Barat, kurang lebih pemandangannya kayak bgtulah. tapi ini lebih spektakuler lagi. muka gue makin melongo ketika mobil menyusuri jalan tuk satu mobil. kecil bgt jalannya. kali ini gue bukan melongo kagum, tapi melongo heran. buset! ini beneran jalannya? ini bukan jalan menuju jurang kan? terus ntar gue di lempar ke dalamnya karena saking gue annoyingnya kalau diajak ngbrol. siapa sih yg gag sebel kalau elo ngbrol sama orang, tapi orag itu selalu bilang "wie bitte?(hah? apa ulangin, o tau ngmong apa?). pasti sebel kan! nah guelah oran gitu.

tau2 mobil nanjak keatas, melalui jalan setapak yang gue pikir, itu jalan buat pengendara sepeda, bukan mobil. udah gitu, di ujung jalan itu udah gag ada jalan lagi, cuma ada mobil parkir.
"Yap, makasih banget ya!" tau2 George bilang gtu sambil melepas seatbeltnya. gue bengong cengoh. hah, uda yampeß yg mna rumahnya? sebelah kiri gue(karena gue duduk dekat jendela sebelah kiri), cuma ada deretan pohon2 yg mmbentuk hutan di lereng gunung.

George keluar, Nina juga keluar setelah mengucapkan selamat tinggal. gue segera tersadar. guepun mengucapkan terima kasih sebesar2nya. halah, lebai amat!
gue turun cepet2 sblum kehilangan jejak dua bersaudara itu. secara kan gue nggak tau rumah mreka yg mna. gue buka bgasi, George ambil tasnya sndiri terus langsung ngacir. astaga...disni ada cewek cungkring yg keberatan bawa dua tas berat ye. mna uhan pula. ugh...
gue berusaha nutup bagasi tapi berat bgt. gue ampe loncat2 keatas, buat narik itu pintu turun ke bawah. tapi tetep berat! dan

"Ughh..." BLASSS...akhirnya ketutup juga. kayaknya jga gag kenceng nutupnya. ah bodo! sblum gue ketinggalan dua bersaudara itu. ternayata rumahnya tuh di bawah. gue harus menuruni deretan anak tangga dengan ekstra hati2 karena licin. dan dimana dua bersaudara itu? mreka udah lari jah di depan. gue mempercepat lari gue dengan dua beban berat di bahu gue. duh, perasaan gue nggak bawa banyak barang kok berat banget ya. udah gitu licin pula jalannya. huhuhu...

dan tada....kita sudah berdiri di depan pintu. nina mencept bel, pintu terbuka. george udah masuk duluan, di susul Nina terus gue.

"Hai..." sapa seorang cewek tinggi bongsor dengan rambut blonde pendek di kucir kuda.
"Hai.." jawab gue berusaha tersenyum hangat dan ramah di tengah2 ngos2an dan kedinginan.
"Do you speak English or Deutsch?"
Ow...ow...mendadak otak gue blank. duh, ada apa ini? hey Shally...elo tuh dulu guru bhasa Inggris di Montessori, pas SMP nilai bhasa inggris lw jga tertinggi, belum lagi pas SMA nilai narasi bhasa Inggris lw tuh perfect. terus ada apa sekarang? kok mndadak elo gag ngerti dia ngmng apa?
gw tergagap...
"Eng...beide, eh..emm..." gue menggacung2kan kedua jari gue membentuk piss, angka dua atau apalah itu namanya.
"Oh yah...I understand. you speak both of them"
ough...stupid you!
gue pergi dari hadapannya tapi eit...mau kemana gue pergi? gue kan nggak tau rumah ini, dan gue nggak tau kudu naruh barang2 gue dimana. berat pula.

"Nina, dimana aku bisa naruh barang2ku?" tanya gue dalam bhasa Jerman.
"Oh ya...tunggu sebentar. ohya, ayo kesini," Nina narik gue masuk kedalam ruangan yang baru gue ngerti pas masuk kalau itu adalah dapur.

ada seorang pria paruh baya berdiri di depan bak cuci piring, dengan badan masih tegap khas orang eropa, berambut coklat, beracamata, tersenyum ramah kearah gue.
"Hai..." sapa gue hangat sambil menjulurkan tangan.
"Oh...tangan saya kotor," kata sipria itu sambil menunjukkan tangannya yang penuh dengan sabun.
gue tersenyum maklum.
"Welcome..." kata si pria itu.
lalu gue menoleh kesamping. ada cowok yang kira2 mungkin umurnya 20an. berambut blonde agak coklat, bertindik satu di kuping kiri sedang duduk diatas rak dapur.
bgtu liat gue dateng, dia yang lagi nunduk langsung mendongakkan kepala dengan wajah berbinar2(ato cuma perasaan gue doang?)

"Hai...Shally," kata gue mengulurkan tangan.
"Hai...Ed-," katanya pelan. gue tersenyum lebar seolah gue ngerti apa yang diucapin padahal sumpah, pelan banget gue nggak ngerti dia tadi nyebuti namanya sapa ya...Ed sapa gtu.

Gue memandang ke sekeliling. wah, dapur berantakan sekali. banyak piring kotor di bak cuci pirik, penggorengan dan beberapa gelas. diatas kompor sedang mengepul sepanci besar dan sebuah penggorengan dengan aroma sedep. gue jadilaper deh.

"Ohya, ayo, Shally komm!" Nina udah menggiring gue lagi. dia lari dengan lincah menaiki tangga menuju lantai atas. gue mengikutinya dengan langkah pelan. ingatlah dengan dua ransel bawaan gue yang berat saudara2!

dilantai atas, ada sebuah kamar dekat anak tangga paling atas dengan pintu terbuka. lantai kayu, dengan suasana kamar berwarna putih susu. kalau bukan gara2 sofa biru jins besar yang nagkring didalamnya, mungkin kamar ini udah mengingatkan gue dengan kamar rumah sakit kali. tapi kamar ini lebih manusiawi gue kira. karena dari luar, gue bisa lihat beberapa baju tersampir begitu saja diatas sofa, ada meja kayu dengan keranjang diatasnya yang didalamnya penuh dengan benang2 woll dan segala macam.

dari ujung tangga, berbelok ke kiri, barulah gue lihat sebuah lorong panjang ke belakang sana. pintu pertama adalah pintu kamar Nina. terbukti dari Nina berada didalamnya dan melempar segala macam bawaannya. gue masuk dan meletakkan dua ransel gue di lantai

"Hupf...akhirnya," gumam gue.
"Ja, malam ini kamu tidur denganku. oh...tolong sepatunya jangan masuk kamar," katanya sedikit menaikkan nada suara, gue ampe kaget. Nina bangkit dari tempat tidurnya dna kembali menggiring gue menuju lantai bawah tempat rak2 sepatu. dan gue di suruh meletakkan sepatu gue disana. gue nggak diberi slipper sebagai gantinya padahal lantai rumah ini dingin, ya meskipun sudah berkarpet sih. okelah, gue nggak mempersalahkan masalah slipper.Gag tau gmna asal mulanya, tau2 Nico(bokapnya Nina alias Om gue yang asli Jerman itu), keluar dari pintu dapur membawa sepanci sop hangat dengan asap mengepul.

"MAKANNNNNN...." serunya keseluruh penjuru rumah. kontan seluruh orang di rumah itu pada keluar dan berhenti dari kesibukannya masing2. Karin(cewek blonde yg bukain pintu tadi, ternyata dia aupairnya tante gue), berhenti menyetrika di lantai bawah dan segera naik ke lantai atas. si Ed-bla itu...keluar dari dapur membawa penggorengan berisi daging. George turun dari kamarnya.
yup, dalam hitungan detik, kami semua sudah makan di meja makan. george mengobrol hangat dengan ayah dan adiknya. sesekali ia mengelus sayang rambut adiknya. duh, gue jadi kangen abang gue.
btw, gue selalu benci acara mkan bersama. krena bagi gue jadi kaku. kikuk. garing. atau apalah namanya. kecuali kalau gue mkan bersama temen2 gue atau bnyok gue. tuh kan, gue jadi kngen keluarga gue. kita emng jrang mkan bareng diatas meja kayak bgni. kita slalu mkan breng duduk di lantai, sambil nnton tv. kadang mlah gue sepiring ama nyokap gue. sharing mkann gitu. cekak cekikik, ngmngin ini itu. seru deh! ehm...kangen!
krena gue diem aja larut dalam rasa kangen gue sambil menatap keluar jendela, waktu jadi berjalan cepat. gag kerasa acara mkan malam selesai dengan kegaringan bagi gue.

Setelah itu, gue kembali digiring ke kamarnya dia. buset deh gue udah kayak kambing aja, digiring2 melulu haha...
d kamarnya, ya biasalah khas kamar cewek. tapi gag juga dink, gue cewek tapi kamar gue nggak kayak begini juga. okelah, mungkin kalau tempat tidur berantakan, itulah persamaannya. dan meja belajar berantakan juga persamaannya. tapi kalau gue, mja gue berantakan dengan buku2, kamus, kertas2, laptop, cangkir teh kering yang udah abis tehnya, botol aqua gede, dan kertas gambar lainnya. kalau Nina, meja belajarnya penuh dengan kotak2 warna warni. dari tulisan di kotaknya, itu adalah kotak make up kotak paskah, dan beberapa kotak lagi yang gue sndiri gag tau. ada kertas2 juga berhamburan, buku2 harian dia, dan pernak pernik cewek.

tembok kamarnya penuh dengan poster2 artis Hollywood kesukaannya.
"Ich mag Miley Cyrus, und...ah, Demi, em...auch Eclips, Robert Pattinson," dia merem melek saat menyebutkan nama pemeran Eclips sebagai Edward Cullen itu.
well, gue nggak kaget, hmpir smua cewek suka sama itu cowok.
"aber ich mag Taylor Luther," jwab gue datar. tay tuh bdannya lebih bagus, kulitnya juga. entah knapa gue mlah suka sama cowok berkulit coklat. pdhal kulit gue udah coklat bgni, mau jadi apa ntar anak gw haha.
"Edward ist am besten,"
"Nun," jwab gue cpet. dia gag menghiraukannya, dia malah ngambil kotak make upnya dan mulai menjelaskan make up make up miliknya. wow, lengkap banget. gue aja yg lebih tua, gag punya make up selengkap itu. ampe dia juga nunjukin koleksi kuteksnya. beh..segala macam warna ada. ampe stempel kuku jga ada. ckckckck
terakhir kalimat dia yg bkin gue syok adalah

"aku akan dandanin kamu,"
"WHAT?? nein! ga mau ah," gw mengelak sambil tersenyum. dia juga senyum penuh mksud.
"ayolah. ntar kamu bisa hapus kok,"
okelah. gue emng gag suka dandan. tapi kalau untuk menyenangkan dia. boleh aja! apalagi dia anak kecil. sebelas tahun aja belum genap.
dan malam itu, diawalai dengan dandan2an, ngomongin penyanyi favorit. ternyata dia suka Lena loh. eh Lena apa Nena ya? pokoknya penyanyi asli Jerman itu. gue gag suka gaya penyanyi itu tapi kalau lagunya. bolehlah...
dan berakhir kita tidur jam 12malam. hupf...bisa istirahat jga gue. dingin brrr...

Read more...

pertama kali di tilang di negri orang

TIDAK!!!! dari judulnya aja gue udah mules2 bacanya... ini hari kamis, tgl 08 bulan 07 tahun 2010. catet tuh, Shall....

okelah kalau gue di tilang di Indo, gue bisa cengar cengir sok lugu atau nelpon Om gue yang polisi(hehehe...agak KKN). tapi ini di Jerman. JERMAN!!! mampus gag tuh.
gue kan punya monate Karte. jadi tiap bulan gue kudu bayar 20 euro untuk kartu itu. tapi dengan kartu itu gue bisa keliling Bochum. dan setelah gue baca selembaran informasinya, gue kira, dengan kartu itu juga gue bisa keliling kota2 VRR. tapi ternyata....

pagi itu setelah lari sana sini, ngejar jadwal kereta bersama Ida. akhirnya gue dapet kereta ke Bochum dari Duisburg HBF: ohya, gue mau flashback dulu. perjalanan kita ke HBF; kita naik StranssenBahn. di dalam S-Bahn, Ida tuh curi2 pandang melulu ke cowok yang berdiri di depannya. sumpah.mnrut gue dia biasa aja, nggak ada cakep2nya. tapi Ida tuh yang udah berisik banget ngmongin itu cowok. ugh...terus pas S-Bahn berhenti di Halte selanjutnya, dihapan gue tuh ada peraikan jalan. dan pasti ada tukang2nya dong. dan salah satu dari tukang2 itu, cuakep sekali! macho gitu, dengan satu tindik. subhanallah. tukang kok cakepe koyo ngene yo haha...pas itu gue kan lagi ketawa sama Ida, gag sengaja gue nengok kearah itu tukang. eh dikira gue lagi senyum sama dia, terus dia bales senyum. haha...kocak abis!

Oke balik lagi ke HBF: udah gue duduk2 tenang di dalam kereta, biasanya kan nggak ada pemeriksaan karcis. kali ini ada. gue udah deg2an aja, gag tau kenapa.
"tenang, Shal! elo tuh punya Monate Karte. ngapain deg2an" gue menenangkan dalam hati. eh ternyata bener...
pas petugasnya ngecek kartu gue. dia bilang...
"Ini nggak berfungsi"
Loh? gue bingung banget. nggak berfungsi?
"Ayo, silakan ikut saya!"

Mampus gue. gue udah kayak narapidana aja. semua orang di gerbong itu ngeliatin gue. sumpah gue malu banget. gue ngekor di belakang petugas berbadan besar itu.
di depan pintu keluar, dia mencet2 alat di tangannya (yang buat nge cek karcis), dan ngomong pelan2 kearah gue. em...semacam introgasi sih.

"Nama anda siapa? ohya, pasporr, bitte!"

untung gue selalu bawa paspor kmna2..gue kasih deh itu paspor gue. gue melengos putus asa, bgtu dia baca darimana asal gue. INDONESIA. memalukan banget nggak sih. dia diem, konsenrasi ngotak atik mesinnya sambil sesekali ngecek paspor dan monate karte gue. gue celingak celinguk udah kayak tersangka maling jemuran. semua mata tertuju ke gue.
Hey...gue pendatang ya! maklum dong kalau salah2, kenapa pada ngeliatin gue gitu sih??

"Pak, kenapabisaini nggak berfungsi? kata Gastmutti saya, saya bisa kemana2 dengan kartu ini. selama masih dalam jangkauan VRR. saya ini Aupair," jelas gue

"Maaf, tapi ini hanya berfungsi di Bochum saja. tidak bisa sampai Duisburg. anda baru bisa ke kawasan VRR kalau akhir pekan atau hari biasa tapi mulai dari jam tujuh malam"
gue melongo.

"Tapi Gastmutti saya bilang, bisa kok. saya juga sudah baca informasinya kalau itu bisa" gue bersih keras.

petugas itu, masih serius dengan pekerjaannya, gag menatap gue, bilang gini, "Oh tidak! anda hanya bisa pergi mulai dari jam 7 malam dan di akhir pekan saja. maaf!"

Gue menhembuskan napas panjang. sial! beberapa orang mulai berdiri dari tempat duduk mereka, dan berdiri di depan pintu bersiap tuk turun di stasiun berikutnya.

"Anda turun dimana?"
"Bochum Hbf" jawab gue ramah. kembali lagi orang2 pada ngeliatin gue. sekarang gue bener2 udah kayak maling jemuran. di kerubungi banyak orang, dan mereka ngelitin gue semua, di tambahlagi diintrogasi sama petugas kereta ini.
"Anda tadi naik dari stasiun mana?"
"Duisburg Hbf" jawab gue lagi. dan orang2 itu masih juga ngeliatin gue.

Petugas itu diam sejenak, kembali sibuk nulis2 sesuatu diatas mesinnya yang touch screen. entah nulis apa itu.
"Anda bawa uang berapa?" tanyanya.
dan gue dengan polosnya, menyebutkan bilangan uang yang gue bawa. mana bilangannya bukan bilangan kecil pula. ugh!!!
harusnya gue bilang dalam bilangan kecil biar dia tau kalau gue nggak bawa uang banyak dan nggak nilang gue. ya itu semua baru kepikiran setelah petugas itu nagih 40 euro ke gue.

"40 Euro, bitte"
nah...bodohnya lagi, gue dengan lugunya menyerahkan uang 40 euro. seolah gue tau kalau itu uang tilang. harusnya gue pura2 bego aja. apa? 40 euro? maksud anda? saya tak mengerti. harusnya gue bilang bgtu.
agh...gue malu banget, merasa bodoh dan duit gue terkuras cuma2 dengan bilangan 40 euro. bisa beli jaket Winter tuh.
begitu kereta nyampe Bochum Hbf, gue langusng ngacir menjauh dari kereta itu sesegera mungkin.

Pagi2 udah kena tilang, mana di negara orang pula. dingin...
gue masih inget tuh, gue pakai baju overall jins yang rok, dan cuma pakai tanktop hijau, dan bawa2 tas slempangan jins biru. bener2 mnunjukkan anak bodoh bgt. uh...pengalaman!

dan ternyata kesialan gue nggak cuma itu doang. setelah sampai Bochum Hbf, gue berniat langsung ke Ösw, tempat kursus bhasa Jerman gitulah. gue naiklah S-Bahn ksana.
awalnya oke2 aja, cuaca mndukung. panas dan seger. tapi bgtu sampai office Ösw.
gw kan udah bawa formulir lengkap, ijazah dan surat kontrak Aupair.
ternyata oh ternyata...
awalnya dia nanya gini, si ibu2 gendut di office...

"Apa kamu sudah nge cek web yang saya kasih itu?"
gue jawab belum. terus dia senyum simpul. dan dia bukain webnya, gue liat di layar komputernya.

"Tuh...anda masih butuh bla...bla...bla..."

gue nggak ngerti itu orang ngomong apa dan nggak mau ngerti. ribet banget sih mau daftar les aja. kudu pake ijazahlah, di translet pula, butuh surat undangan dari uni lah, dll.
ugh...yaudah gw bilang danke, abis itu ngacir pulang. udah capek2, jauh2 ksini, mana tas gue berat gara2 bawa segala macam persyaratan pendaftaran, eh ternyata masih belum bisa daftar juga. susah amat sih daftar aja!

"Whatta hell with that fuckin´ Zeugnis!" umpat gue sepanjang perjalanan.
ini hari bner2 sial banget sumpah...ugh..

Read more...

Tuesday, July 27, 2010

Kertas Harian seoarang AUPAIR

well, kalau baca judulnya pasti agak bingung deh. atau cuma gue yang bingung ya? yasudahlah, intinya...cerita2 ini memuat keseharian gue sebagai seorang Aupair. kenapa gue nggak ngasih judul "Buku Harian AAUPAIR"? ya...karena sejauh ini gue cuma nulis di selembar kertas. jadilah judul seperti ini. btw, apa sih AUPAIR itu? sedikit pengertian tentang Aupair. jadi kita tuh tinggal di negara dan di keluarga orang asing, kita di sekolahin bahasa sama itu keluarga, di kasih uang saku cukup, makan dan tempat tingal tapi kita juga harus berlaku selayaknya bagian dari keluarga itu. bersih2 rumah, jagain anak mereka (yang bisa elo anggap adik angkat lo), ya pokoknya kayak begitulah. eit, jangan anggap ini sama dengan TKI, TKW; atau pembokat yah. elo harus baca tulisan gue ini ampe kelar, barulah elo bisa tau apa perbedaan AUPAIR dengan TKI dan TKW.

jadi begini, sejak dulu gue selalu punya mimpi pengen bnget ke Jerman. apapun caranya gue harus kesana. mulailah gue pindah sekolah ke sekolahan yang ada jurusan bhasa jermannya. setelah itu, gue ke Goethe Institute. disana gue punya bnyak teman. ada Niken, yang tomboy dan gokil. ada Lidya yang feminim dan asik, dan ada Putri yang kalem tapi bisa bikin ngakak juga. kita belajar dan mengukir sama2 di Goethe. dan baru gue tau kalau ke Jerman atau luar negri itu gag semudah yg gue bayangin.kita harus punya sponsor atau bayar berapa Euro gitu yg kalau di rupiahin bisa ratusan juta ckckck...untuk itulah gue memutuskan jadi Aupair.

setelah banting tulang sana sini, akhirnya gue dapet keluarga dari kenalan gue. namanya nyokpa gue di jerman itu adalah Ariane. dia single mother dengan anak 13 tahun. nggak buruk2 banget sih. karena kan nggak susah ngurusin anak umur 13 tahun. tugas gue cuma nyiapin makan siang dia doang.

Gue hampir aja ketinggalan pesawat. karena macetnya Jakarta. sial! karena itulah, gue cuma pamit sekenanya sama bonyok gue. cipika cipiki doang. huh! gue nyesel. krena baru aja sampai Doha Airport, gw udah kangen mereka. pengen nangis rasanya huhuhuhu...keinget terakir kali gw packing sama nyokap. ampe nimbang2 ke timbangan takut kelebihan. eh gag taunya, beratnya gag di batasin di airport. sial!
di Airport Soekarno Hatta, handbody yg uda gw bela2in beli ampe berat2in koper, odol, air apple water buat bekal, terpaksa di tinggal. gag boleh diangkut. sial! mahal tu, Mbak..
udah gitu pas mau boarding, si penjaga boardingnya godain gw. ya emang sih bukan godain kayak cowok nakal gitu tapi kan tetep aja gue di godain. di tanyain ini itu, dia ketawa2 gag jelas. kayak godain anak kecil. si mbak2 di airport juga bgtu. sial! emang tampang gw bocah banget apa?
begitu di pesawat, sumpah gue ndeso abis! secara this is my first time gito loh haha...gw emang sering naik pesawat tapi kan gue lupa dulu di pesawat gmna aja. toh ini kan pesawatnya beda.
mai nyetel tivi aja, gw nyolek cowok disebelah gue dan dengan polosnya gue nanya "Mas, gimana ya cara naikin itu meja tv?" dan dengan diam dan kalem, dia nunjukin. ough...stupid, dummy, silly, willy dan segala macam teman2nya itu. haha
bgtu mendarat di Doha. wow, gw tersanjung. karena si bule penjaga airport, senyum ke gw doang. menyambut gtu. terus sok2an nanya begini
"Do you want transfer, miss?"
gue jawab "Ya,"
terus dia senyum2 gag jelas "Are you sure?"
terus dgn mengerutkan alis gue jawab juga sambil senyum2 gag jelas "Of course"
udah deh gw lngsung ngacir dari hadapan mereka.

dan yang lebih tersanjungnya lagi...di airport Doha bnyak penjaga Airport yang bisa bhasa Indo. huwooo...bangga saya, rek!!!
sambil nunggu pesawat, gw ngobrol sama orang Tibet. ough...her English is so terrible! gw bukannya sok ya tapi jujur gw gag ngerti aksennya. susah sekali! tapi gw berusaha ngerti kok. cie...
dan tiba2 aja, gw ngerasa kangen berat sama nyokap gw.
kadang gw mikir, seandainya gw gag ke Jerman. pasti sekarang ini gw masih tdur pulas di kasur gw tanpa mkir pusing...aduh, hari ini ngerjain apa ya? tugas gw udah selesai belum ya? makan apa ya? di rumah, tiap gw bangun pagi, gw tinggal teriak..Ma, sarapan apa?? ehm...
skrng gw sndirian, di negara orang pula. apa2 harus gw lakuin sndirian. hupf...gag boleh gitu, Shall! elo harus berjuang demi masa depan.

well, akhirnya tuh pesawat datang juga. gw masuk ke dalam pesawat setelah di puter2in sama bus yang mengantarkan gw dari waiting room ke pesawat. ohya, di bus gw smpet kenal sama orang2 indo. bapak2 dan ibu2 yg lagi tugas. rasanya seneng banget bisa ngbrol sama orang sesama negara. gag perlu pakai bahasa asing.
di pesawqat, gw sebelahan sama bule. ntah darimana, mau gue ajak ngbrol, dia sibuk sndiri. udah gtu bhasa ingg nya gag jelas. ntar gw takut nggak nyambung...
udah gtu...gw syok dengan kecepatan makan orang Eropa. cepet banget!!!! gw baru abis setengah porsi, mereka udah makan 2porsi. wow!!
di pesawat sdikit bosan. cuma nnton TV, dengerin musik. udah gtu remot gw macet2 mulu. shitt! mana perut gw gag karuan. taulah gmna kalau kelamaan duduk. mules gag jelas, mau kentut gag bisa, yg ada eek gw keras hahahaha

Dari jendela, gw liat matahari terbit Jerman...dan wow...das war aber wundershön!!! sayang gw gag deket jendela jadi gw gag bisa menikmatinya. mana si bule sebelah gw badannya gede pula. ugh...
dan pas mau landing...KUPING GW SAKITTTT BANGETTTT!!!!! gue udah takut aja gendang telinga gw bkalan pecah.

"oh tidak!!!! kuping gw...mampus, kok yg lain pada gag kesakitan ya? kayaknya cuma gue doang" gw ngoceh gtu sambil megangin tempat duduk gue. sumpah memalukan. untung gag ada yg denger secara suara mesinnya kenceng bngt...

Nggggiiiiinnnggggg......makin sakit, oh tidak, kuping gw!!! apa yg kudu gw perbuat?? gw jadi bertingkah aneh dan hiperbolis. pegangan sana sini keceng, niup dengan hidup gw sumpel dan mata terpejam. tapi malah bkin kuping gw tambah sakit. ASTAGA!!!! TUHAN help me!!!
oke gw terlalu lebay tapi....it is HURT!
gw bersyukur karena tuhan masih sayang gw, karena setelah itu, kuping gw gag sakit lagi.
bgtu mendarat di Frankfurt, gw langsung hubungin Ariane. berharap bisa langsung di jemput dan tidur. tapiii....
gw kdu ke bagian Imigrasi dulu. good! ngantri panjang banget pula. mana barang bawaan gw berat. ariane udah sms gw kalau lagi nyari parkir. oke! gw bisa nunggu kok...
udah gtu, pas mau ngambil koper...gw salah antrian.
antrian gw jauh di ujung sana. ough Gosh! ransel gw tuh berat banget. pas udah mau ambil koper, gw liat ada bapak2 bantuin ibu2 ngambilin koper. gw pikir itu bapak2 mau bantuin gw nganbil koper jga tapi...pas tau gw keberatan ambil koper dan gw udah teriak2

"Help..hilfe...somebody help me!!"
itu orang tetep diam dan bapak2 di belakang gw jga diem aja dan cuma ngeliatin doang. NGELIATIN DOANG....
good...

oke...gw lanjutin besok lagi, gw udah ngetik panjang nih. byeee

Read more...

Friday, April 30, 2010

BEAUTIFUL PART 8

Seby nggak peduli sekarang ini intensitas kemarahan Ibunya makin meningkat, dia juga nggak peduli sekarang ini Ozan jadi sering menggedor-gedor pintu. Ini dilakukannya demi mencapai tujuannya untuk berubah. sekarang ini Seby lagi berkonsentrasi memperbaiki kondisi badannya. Muka yang jerawatan, harus segera di libas. Dengan sedikit memaksa, ia meminta tambahan uang saku untuk membeli pembersih muka, bedak, dan berbagai krim untuk menjaga kebersihan wajahnya.

"Seby, itu uang cepet banget abisnya! kamu beli obat jerawat berapa banyak sih??" itu salah satu omelan ibunya. Seby cemberut. mana? kata iklan di tivi, obat jerawat ini bisa menghilangkan jerawat. kok pas dia pakai, nggak ilang-ilang sih? alhasil Seby menambah sedikit lebih banyak takaran dari yang di haruskan. Karena Seby makainya banyak-banyak ya obat jerawatnya jadi cepet abis. beli lagi, ya beli lagi deh.

"Jelita, kalau mandi jangan lama-lama dong!! gue udah telat nih" ini omelan Ozan sambil menggedor pintu kamar mandi. Seby cuek aja, dia akan menggosok setiap detail tubuhnya demi merontokan daki yang menumpuk di sela-sela badannya.
Nggak cuma itu doang, Ibunya Seby heran banget kalau jam lima sore, Seby udah masuk kamar mandi sambil menyincing handuk.
"Tumben banget itu anak sekarang rajin mandi sore" gumamnya tapi mau nggak mau, beliau tersenyum juga.
Yang bikin Ibunya heboh lagi, sekarnag ini dirinya tak perlu berteriak lantang untuk menyuruh Seby nyapu dan nyiramin tanaman. Karena sebelum di suruh, Seby udah standby di depan rumah dengan selang di tangannya. dan beberapa jam kemudian, rumah sudah bersih di sapu.

Ohya, pernah suatu malam. saat Seby lagi asik mengoleskan krim di wajahnya, Ozan dengan gaya senyum-senyum ada maunya, menghampiri Seby.
"Jelita, elo kan baik. elo itu adik gue yang paliiingggg baik" Ozan memejamkan matanya saat mengatakan kata paling.
"Elo juga pinter, apalagi sekarang ini elo tambah cantik aja, gue do-"
"Udah deh, mana PR lo!" tau-tau Seby sudah mengulurkan tangannya. Ozan meringis kuda.
"Hehehe...tau aja sih lo" dengan malu-malu tapi pasti, Ozan menyerahkan tumpukan buku kearah Seby.
Tanpa banyak berkomentar, Seby mulai mengerjakan PR Ozan. Ozan memperhatikan adiknya itu. "Kok elo tumben nggak protes? biasanya kalau gue suruh ngerjain PR, elo ngomel berentet ampe kuping gue soak, ngalahin suara knalpot bajaj yang sering lewat depan rumah"
"Itu karena gue baik, pinter dan cantik" jawabnya santai tanpa mengalihkan pandangannya dari tuags-tugas Ozan.
"Widihh...kata sapa tuh? ati-ati itu cuma rayuan gombal. elo jangan mau di rayu begituan ama cowok tengil. jangan mudah terjebak. ini gue kasih tau karena gue kakak yang care sama adiknya"
"Lha kan yang ngomong tadi elo" jawab Seby lagi dengan gaya yang sama. Ozan mendelik.
"Ha?"
"Itu berarti tadi elo abis ngerayu gombal dan elo itu cowok tengil" jawab Seby, masih dengan gaya yang sama.
***

Perlahan tapi pasti, jerawat-jerawat yang menjadi penghuni tetap wajah Seby, berangsur pergi. meski awalnya aneh, tapi Seby bertahan untuk tetap rutin membersihkan wajahnya. Ternyata hasilnya memuaskan. Seby jadi senyum-senyum sendiri kalau melihat wajahnya. Belum lagi sekarang dia sering luluran. wah pas awal luluran, banyak banget daki yang rontok. dan sekarang, kulitnya jadi lebih bersih dan halus. Dia harus rutin membersihkan diri karena tiap hari dia berkutat dengan asal polusi Jakarta.
Satu hal yang bikin Rio bingung, kenapa sekarang Seby ogah pulang naik motor bareng dia? hanya ada satu alasan yang menurut Rio nggak masuk akal.
"Kalau naik motor ntar muka gue kena debu, jerawatan lagi deh. gue naik angkot aja deh. kan di dalem tuh, udah gitu gue bisa pakai sapu tangan. oke!"
Rio bingung berat, semenjak beberapa minggu lalu saat Seby memutuskan untuk berubah, dirinya tak pernah "diajak" lagi sama Seby. sekarang ini Seby kemana-mana sendiri. mungkin dia hunting kosmetik atau apa gitu kali. Rio mencoba berfikiran positif aja. toh sekarang Seby jadi terlihat lebih bersih, nggak lecek kayak dulu lagi.

Nggak cuma wajah dan badan Seby aja yang sekarnag terlihat lebih bersih. tapi juga penampilan Seby berubah total. dia menanggalkan rok panjangnya, digantikan rok pendek, memakai kaos kaki putih panjang sampai sebetis, sepatu hitam yang tiap minggu di cuci [ibunya ampe sujud syukur ngeliat anaknya mencucui sepatu. akhirnya...], kemejanyapun di sulap menjadi lebih pendek dan kecil. Dasi sekolahnya yang selalu di pakainya dengan bangga, sekarang di masukin ke tas. di pakai kalau cuma ada rasia kelengkapan seragam. tentu saja bukan cuma Ibunya, Ozan dan Rio yang kaget dengan transformasi Seby ini. tapi juga teman-teman sekelasnya. jelas saja, ini kan perubahan yang kentara banget.
dengan bangga, Seby mengangkat wajahnya dan tersenyum bila tau reaksi terkejut teman-temannya.Kalau dulu semua orang ngeliatin dia karena dia saltum atau karena ada cabe di giginya, atau karena ada bekas odol di pipinya, sekarang mereka semua melihat kearahnya karena dirinya sekarang sudah berubah total. Nggak lagi rambutnya berantakan karena gag sisiran berhari-hari, nggak ada lagi Seby yang cemberut jutek dengan muka penuh jerawat. yang ada sekarang, rambut rapih di kucir kuda, poninya tersibak menampilkan wajahnya yang kini bersih dan cerah, dan cara berjalannya yang penuh pecaya diri. btw, cara berjalan ini dia pelajari dari Sheila loh. perlu waktu berhari-hari untuk memberanikan diri tuk berjalan seperti ini.
Setelah pede dan mempersiapkan segala hal, Seby lanjut melangkah ke tahap selanjutnya. yaitu mendekati Rama. ini adalah hal paling sulit! bagaimana bisa ia mendekati Rama, kalau baru liat sosoknya aja, Seby udah keringat dingin nggak karuan.
Ntar kalau dia nyamperin Rama, yang ada Rama bilang gini "Hah? sapa lo?" sambil menaikkan sebelah alisnya. malu berat kan!
Seby memutar otak.
"Langkah awal, dia harus tau siapa gue dulu" katanya mengetuk-ngetuk pelipisnya.
"Gimana caranya supaya bisa di kenal Rama?" Seby terdiam, dia berfikir keras.
"OH IYA! gue tau gimana caranya" Seby menggebrak meja. untung di kelas nggak ada orang, semua murid lagi pada keluar kalau jam-jam istirahat begini.
"Rama itu kan populer, mau nggak mau gue kudu jadi orang yang juga populer. biar dia tau kalau gue itu ada, jadi kalau gue ngedeketin dia, dia nggak bakal kaget"
TAPI....itu sama aja mustahil bukan sih? jadi populer?
***

Mungkin ini adalah mimpi atau ini cuma halusinasi penglihatan tingkat tinggi, karena di kelas sebelah, ada sekumpulan anak-anak cewek yang lagi asik cekikikan dan mengobrol seru, dan ditengah-tengah mereka itu ada Seby. HAH? beneran. Seby hadir disana. Seperti dengan cewek-cewek disana, Seby juga tak kalah asik. Dia tertawa riang bersama yang lainnya, menyondongkan badannya tuk ikutan nimbrung obrolan bersama mereka.

"Gila lo, Seb! nggak nyangka "

Read more...

Wednesday, April 21, 2010

BEAUTIFUL PART 7

Hari ini Rio absen mengantar jemput dirinya. Seby sih nggak keberatan, toh dia udah biasa pulang pergi sendiri. Baru beberapa hari nggak naik angkot, dia berasa udah lama banget nggak nungguin angkot di pinggir jalan kayak gini. Di kiri dan kanannya juga berdiri teman-teman satu sekolahnya yang juga nungguin angkot dan bus.
tumben banget angkotnya lama, sembari menunggu angkot, Seby jajan-jajan minuman dulu. maklum cuaca panas banget! tanpa sadar, dia udah minum banyak. Itu berakibat dengan kandung kemihnya. kalau kata Pak Tiro, kandung kemih akan penuh dan cairan di dalamnya mendesak ingin di keluarkan. Desakan itu di kirim ke otak dan munculah keinginan "pipis"
Pas banget angkot lewat di depan matanya, Seby malah kebelet pipis. dia bingung juga. apa dia langsung masuk angot aja tapi kan perjalanan masih jauh. apa dia kuat nahan pipis? atau malah ke sekolah dulu buat pipis, tapi kan dia udah nunggu angkot lama.
"AH, pipis dulu aja. daripada gue ngompol" diapun berlari terbirit menuju toilet. nggak peduli menyebrangi lapangan basket, ngerecokin para pemain basketnya. Di teriakin orang-orang yang kesenggol tasnya.

Seby pikir kelegaan orang-orang pas setelah pipis di tipi-tipi itu cuma bohongan. ternyata asli, nggak bohong. ini terjadi pada dirnya sekarang ini. bener-bener lega abis pipis. Seby ampe merem melek saking leganya.
Keluar kamar mandi, ia melewati begitu saja wastafel yang ada di depan toilet. disana ada tiga cewek yang lagi asik dandan. ketiganya melirik Seby sekilas lalu kembali sibuk dengan kegiatan mereka. Seby melenggang ringan keluar toilet.
Samar-samar di dengarnya suara dari arah belakang toilet.
FYI, di sebelah toilet ada lorong kecil yang nembus bagian belakang sekolah. Seby nggak pernah tau ada apa di bagian belakang sekolah karena dia sendiri nggak pernah kesana. liat lorongnya aja udah ogah, banyak pipa-pipa air dan AC. bikin suasana jadi agak berisik. tapi kali ini, suara yang di dengar Seby bukanlah suara air ataupun AC seperti biasanya. ini suara manusia. suara cewek dan cowok pula.
Seby menajamkan pendengarannya.

"Jadi maksud lo? gue..." itu suara cowok.
"Yel, udahlah. kenapa sih elo mau hubungan yang lebih? gue itu sayang sama elo. tapi ya itu tadi, cuma sayang sahabat. elo harus ngertiin gue" yang ini suara cewek.
Seby melangkahkan kakinya perlahan, memberanikan menyusuri lorong di samping toilet itu. suarapun makin jelas terdengar.

"Mel, gu-gue..." si cowok mati kata-kata.
Seby mencoba melongokkan kepalanya dari balik tembok. bisa ia lihat jelas wajah si cewek. dia adalah Melinda, anak IPA yang manis abis itu. tapi Seby tidak bisa melihat wajah si cowok. karena si cowok membelakanginya. kepala si cowok tertunduk. Melinda memandanginya dengan wajah iba.
"Iyel, sampai kapanpun elo akan tetap jadi sahabat gue. Dan nggak akan pernah berubah. sorry, gue nggak bisa nerima perasaan lebih lo itu"

Seby membulatkan matanya. Tunggu! apakah ini, apakah ia sedang menyaksikan adegan seorang cowok di tolak cintanya oleh si cewek? GOSH! hebat bener ini. Melinda nolak cowok. emang sih bukan berita heboh, tapi baru kali ini Seby menyaksikan langsung. biasanya kan dia cuma denger dari omongan teman-temannya doang.

Setelah mengucapkan kalimat tadi, Melinda melangkah pergi berlalu dari hadapan si cowok yang masih menundukkan kepalanya. Seby menahan napas. gawat! bisa kepergok si Melinda nih. Seby bersiap mengambil langkah seribu namun ow...ow...
"Ngapain lo disini?" tanyanya dengan tatapan tak suka. Seby menggigit bibirnya.
"Engg..." Ia menebar pandang berharap dapat alasan. Perhatian sang cowok teralihkan, ia membalikkan badannya ingin mengetahui mengapa Melinda berseru seperti tadi.
Seby melongo besar mengetahui siapa si cowok.
Nggak jauh beda dengan si Seby, si cowok juga sama syoknya. Meski sama-sama kaget, ekspresi mereka agak berbeda. kalau Seby melongo dengan mata melotot komplit dengan pikirannya yang nge-blank. kalau si cowok, kaget dengan gayanya yang cool dan pikirannya masih terisi.
Melinda menatap Seby tak senang, lalu pergi melewati Seby begitu saja. tinggalah Seby yang mati gaya ke-gap di samping tembok. si cowok menatap tajam Seby.
GLEK. mampus gue!
Seby tau banget cowok ini. Jangankan cowok ini, setiap orang yang moment di tolak cintanya lagi diintip tanpa izinpun pasti bakalan ngamuk. Berharap si cowok nggak ngamuk serem-serem, Sebypun memberanikan menatap si cowok.

AJAIB! si cowok cuma menatap Seby sebentar terus abis itu, jalan gitu aja melewati Seby. Loh? Seby menatap kepergian cowok itu dengan heran.
"Dia nggak marah?" gumamnya. Seby mikir lama, kenapa ya itu cowok nggak marah? kenapa juga Melinda nolak itu cowok? secara, seluruh isi Dinamika tau kalau mereka berdua itu akrab banget. dan WHAT? itu cowok suka sama Melinda? serius? Seby pikir, dia itu cuma cowok sok yang haha hihi doang tanpa kenal cewek. ternyata...
Seby tersadar sedang berada dimana dia. ia menatap berkeliling. dia masih di belakang gedung yang sepi dengan beberapa AC disana dan rumput--rumput gersang. Dan dia SEORANG DIRI.huaaa....
Secepat kilat, Seby berbalik dan pergi dari sana.
***

Seby duduk di jendela sore-sore begini sambil ngeliatin abang jualan es krim yang di kerubutin anak-anak kecil. Meski ia memperhatikan si abang, tapi pikirannya melayang jauh. Ozan yang baru pulang kuliah, timbul sifat jahilnya melihat sang adik lagi hinggap di jendela.
Dengan langkap pelan, ia menghampiri Seby. "DDUUUAAAAAHHH!!!" serunya sambil menepuk punggung Seby keras-keras. Seby hampir terjengkang jatuh dari jendela.
"OZAAAANNN!!!!! bego lo!" Seby menedang kakaknya.Ozan nyengir-nyengir hepi meski kena tendangan maut Seby.
"Lagian elo sore-sore begini ngelamun" Ozan mengikuti arah pandang Seby barusan. "Oh gue tau! elo naksir si abang-abang es krim itu ya? cie...prikitiw! gue bilangin ibu loh"
Seby kembali menendang kakaknya.
"Aduh, jadi cewek heboh banget sih lo! main nendang aja, kalau kena ini gue gimana. nggak bisa punya anak ntar gue"
"Biarin! abis elo songong banget. siapa yang naksir itu abang! elo kali, ngapain sih lo disini? udah sana, bau tau'! mandi gih" Seby mendorong-dorong kakaknya tuk menjauh. tapi Ozan tetap bertahan, ia tiduran di kasur empuk Seby.
"Kalau nggak naksir itu abang-abang, terus naksir sapa?"
Seby memalingkan wajahnya. entah mengapa, dalam hitungan detik, dalam kecepatan 1 detik per kilometer, ngalahin Valentino Rossi, wajah Rama langsung muncul di pikirannya.
"Tuhkan...muka lo merah. hayo, elo lagi naksir cowok ya? sapa emang? cowok yang dulu ke rumah itu ya?" Ozan bangkit berdiri dan mencubit pipi Seby.
"Ozan, sakit tau!" Seby menepis tangan kakaknya. "Nggak kok! gue nggak naksir Rio"
"Oh jadi namanya Rio" Ozan kembali rerebahan di kasur Seby. Seby mengangguk malas.
Ozan mengambil sebuah majalah dari atas meja kecil di samping kasur Seby. di bukanya majalah itu lembar per lembar. isinya cuma fashion doang dna iklan. ada beberapa tulisan dan berita, tapi beritanya nggak penting banget menurut Ozan.
Sembari kakaknya membuka-buka majalah, Seby kembali hanyut dalam pikirannya lagi.
Ozan mendongak menatap adiknya.

"Eh dia malah ngelamun lagi. kenapa sih lo? kesambet baru rasa lo!" Ozan mengibaskan majalan di depan wajah Seby. Seby terlonjak, tapi nggak mau nendang kakaknya lagi. ia memilih menghembuskan napas berat.
"Kenapa sih lo? aneh deh. PMS lo?"
Seby kembali menghembuskan napas berat.
"Jelita, elo tuh udah bau. Jadi nggak usah menghembuskan napas kenceng-kenceng gitu deh. tambah bau tau!"
Untuk ini, Seby nggak mikir dua kali lagi untuk menendang kakaknya.
"AW!!" Ozan mengelus-ngelus kakinya yang barusan di tendang Seby.
"Ati-ati kalau ngomongin PMS, cewek itu sensi banget kalau ngomongin PMS"
Ozan nggak peduli. Dia lebih peduli dengan nasib kakinya.
"Elo tuh kalau jadi cewek jangan galak-galak, ntar nggak ada yang naksir loh"
Seby terdiam. Lebih kearah terkejut dengan ucapan kakaknya.
"Emm...Zan, emang gue galak ya?" tanya Seby hati-hati. Ozan mendongakkan kepalanya, menatap adiknya bingung.
"Napa lo tiba-tiba nanya gitu? baru nyadar lo! elo tuh bukan cuma galak doang tapi jutek, lecek gitu mukanya. dandan dikit dong. kalau elo di kampus gue, elo dikira office girl tau!"
Seby sebenernya pengen banget nendang Ozan, ngelempar dia pakai pot bunga di samping jendelanya dan pengen nyubit Ozan ampe biru-biru, tapi semua itu cuma sebatas keinginan saja.
Ozan merasa bersalah karena asiknya jadi terdiam dengan wajah putus asa gara-gara ucapannya tadi. "heh, jangan diambil hati. gue cuma becanda kok! jelita, jangan nangis dong. ntar gue dimarahin ibu nih" Ozan bangkit berdiri dan menyenggol adiknya.

Seby menatap sungguh-sungguh kakaknya sebelumnya akhirnya ia berkata, "Ozan, gue kayaknya mau berubah deh"
Ozan balas menatap Seby dalam diam. Sesaat mereka saling pandang.
"Berubah? jadi baja hitam gitu maksudnya? jangan! baja hitam kan lalat. jijik tau!"
TOENG!
Seby memukul kepala Ozan.
"Aduh, elo tuh udah kuliah tapi nggak pinter-pinter ye! bukan itu maksud gue" Seby jadi gemas sendiri.
"Terus apaan? jadi jangan jadi baja deh. jadi emas hitam aja. eh, tapi emas mana ada yang item ya? emm" Ozan sibuk garuk-garuk kepala. Seby geleng-geleng kepala melihat kebodohan kakaknya.
"Udah deh, percuma ngomong ama elo. kagak nyambung! keluar gih sono dari kamar gue" dengan paksa Seby menggeret Ozan keluar dari kamarnya. ampe pake adegan melempar tas ranselnya Ozan tepat ke badannya segala.
diluar kamarnya, Seby mendengar samar-samar suara Ozan yang entah merintih atau bernyanyi "KEJAMMMM....OHHH KEJAMMM...KEJAAAMMM!!!!!"
***

Seby melempar senyum pada ibu-ibu yang barusan berpapasan dengannya. Udah lama banget dia nggak berangkat sepagi ini. biasanya kalau sama Rio, dia berangkat agak siangan karena kan nggak perlu nunggu angkot lagi. ini udah dua kalinya Seby pulang-pergi sekolah sendirian tanpa Rio. Seby sendiri nggak tau kenapa Rio nggak bisa main bareng dia lagi.

Seby melewati beberapa anak kampungnya yang lagi duduk-duduk di pangkalan ojek, yang rata-rata lebih tua dua tahun dari dirinya.
"Seb, kok baru keliatan sih?" seru sebuah suara, dari cowok yang pakai baju hitam lusuh.
"Masa? padahal gue belum kelar belajar menghilangkan diri loh dari Engkoh Ameh" celetuk Seby bercanada, merekapun terkikik geli.
""
"Ngelawak aja lo pagi-pagi. btw, kemaren kapan itu gue liat elo boncengan ama cowok. sapa tuh? cowok lo ya? kecil-kecil udah pacaran" kata yang berambut keriting.
"Auk nih! pantes aja abang lo uring-uringan mulu" cowok yang berbadan paling kecil sendiri menimpali. seby mengerutkan kening.
"Uring-uringan napa?"
"Ya dia uring-uringan karena elo udah punya pacar duluan. pan dia masih jomblo. kasian tuh abang lo. jangan di balap dong, ntar dia jadi bujang lapuk loh" terangnya lagi. Seby mengulum senyum tatkala terbayang wajah konyol kakaknya.
"Makanya elo cariin jodoh dong buat dia. udah ah gue sekolah dulu, telat nih gue kalau arisan mulu ama elo pada"
Masih sambil tertawa renyah mendengar usulan Seby, merekapun mengangguk.
"Ati-ati ya!"

Sebypun melangkahkan kaki melewati mereka siap menuju gang sempit yang di ujung gang itu dia masih melanjutkan jalan melewati bangunan tua tempat biasa ia bertemu dengan Rio.
Melewati bangunan tua itu, dia jadi keinget saat pertama kali bertemu Rio. kok bisa ya? dari banyak tempat di Jakarta, cuma tempat itu yang di jadikan Rio berteduh. dari sekian banyak orang di Jakarta, cuma mereka berdua yang berteduh disana.
Seby senyum-senyum sendiri mengingat kebetulan-kebetulan itu. Tapi nggak apa-apa, karena kebetulan itulah, Seby jadi bisa kenal sama cowok yang identik dengan jaket kulit, dan jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya. Bisa nebeng bareng, hemat ongkos, uang jajan jadi nambah, dan ada temen jalan. Jarang banget Seby jalan keluar sama temannya. paling pol juga nongkrong di pangkalan ojek sama orang-orang kampung tadi, atau mainan burung dara di lapangan tenis dekat jembatan sana bareng teman-teman kampungnya juga.
Pokoknya Rio membawakan angin segar bagi kehidupan pergaulannya lah. itulah mengapa Seby ingin memberikan kabar spesial pada Rio. Rio orang pertama yang akan di beritahukan bahwa dirinya ingin berubah.Itu cowok pasti bakalan kaget banget. Emm...mungkin orang kedua kali ya, karena sebelumnya dia sudah memberitahukannya pada Ozan. ah tapi nggak juga, Ozan nggak masuk hitungan. tetep Rio menjadi orang pertama yang akan di beritahukannya.

Setelah naik angkot, berkelok-kelok menelusuri jalanan Jakarta, macet-macetan, bejubel dengan penumpang lain ampe sempet nyium tas belanjaan ibu-ibu yang isinya terasi dan ikan asin, akhirnya Seby nyampe di sekolah.
Dari rumah dia masih kinclong, begitu sampai sekolah, keringat sudah membasahi poninya, bajunya udah agak lecek, tapi nggak apa-apa. toh nggak ada yang merhatiin.
Dengan cueknya, Seby melangkahkan kaki memasuki sekolah besar itu. sambil bersenandung kecil, ia memandang ke sekeliling sekolahnya.
JEP!
senandung kecil Seby yang agak sumbang mendadak berhenti setelah matanya beradu pandang dengan mata itu. Langkah ringan kaki Sebypun mendadak jadi seberat besi berton-ton dan akhirnya ia malah membatu di tempat. Orang itu juga tak jauh berbeda dengan Seby. keduanya sama-sama mematung di ujung koridor. Jarak mereka jauh, bagai Timur dengan Barat namun tatapan mata mereka serasa dekat sampai Seby bisa merasakan tatapan mata orang itu menusuk tepat di jantungnya.
GLEK!
Orang itupun berhasil mengendalikan dirinya. ia mengalihkan tatapan tajamnya dan melenggang menjauhi Seby. Seby menelan ludahnya lambat-lambat. Ini awal pertama kalinya ia bertemu orang itu setelah insiden kepergok di belakang sekolah kemarin. Dan ini kedua kalinya orang itu tetap diam menatap Seby tanpa kata-kata atau amarah yang keluar. Inipun menjadi keiga kalinya Seby berfikir kenapa itu orang nggak marah dengan dirinya padahal privasinya udah diintip tanpa izin.
"Seby, dia itu nggak marah, jadi tenang aja! nggak usha merasa bersalah gitu" katanya memberi kekuatan bagi dirinya sendiri dan iapun kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
***

Seby nggak nyangka kalau siang ini Rio nongol di depan sekolahnya. dengan motor yang sama, jaket kulit yangs ama dan jam tangan yang sama. Tanpa Rio membuka helm full face-nya, bagi Seby mudah sekali mengenali Rio. dari jauh aja udah bisa keliatan kalau dia itu Rio. sapa sih yang nggak kenal motor berisiknya Rio. biarpun berisik gitu, berguna tuh buat anter jemput Seby hehe...
"Loh, ngapain lo di sekolah gue?" tanya Seby heran.
"Jadi gue udah nggak di butuhin lagi nih?"
Seby tertawa pelan. "Bukan gitu. aneh aja! gue kira elo sibuk ama kerjaan elo, kok tau-tau nongol disini"
Rio berdecak lalu menyerahkan helm pada Seby.
"Gue lagi kosong nih. emang sih tadi pagi kerjaan gue bejibun, jadi kagak bisa nganter elo" Rio mulai menstater motornya setelah Seby sudah naik di jok belakang.
"Sibuk amat sih lo! emang kerja apaan sih lo?" tanya Seby penasaran.
Rio melajukan motornya perlahan melewati sekumpulan anak murid Dinamika yang lagi nongkrong di pinggir jalan.
"Kerjaan tuk mengejar cita-cita"
Seby terbahak mendengar jawaban Rio. "Bahasa elo kok tua banget sih!"
Rio tak menimpalinya, ia tetap berkonsentrasi menjalankan motornya.
"Emang apa cita-cita elo?" tanya Seby penasaran.
"Jadi arsitek"
Seby terdiam sesaat sebelum akhirnya ia mengomentarinya "Kayak gue masih kecil aja. dulu gue pengen jadi dokter, terus arsitek, terus polwan"
"Ya wujudin dong! jangan cuma cita-cita doang. kalau punya cita-cita ya kudu di wjudin" jawab Rio menoleh sesekali ke belakang.
"Gue juga tau diri kali. nggak mungkinlah! lagian itu kan cuma cita-cita anak TK, standar"
Rio manggut-manggut. "Seb, elo tuh masih muda tau. meski ini nasihat basi banget tapi bener deh, raihlah cita-cita lo setinggi langit. mumpung ada yang ngedukung elo"
"Elo apaan sih! omongan lo kok makin nggak jelas aja. gue masih SMA, cita-cita aja gue belum jelas mau jadi apa"
"Gimana sih lo! justru masih SMA tuh cita-cita kudu udah di pikirkan. mulai nyicil buat ngeraihnya" Rio berbelok di ujung jalan.
"Iya-iya, Pak! udah ah, bahas yang lain aja. btw, gue udah mateng untuk berubah mulai sekarang ini" beritahu Seby tepat di telinga Rio.
"Berubah? gimana tuh?" Rio menurunkan kecepatannya karena di depannya ada mobil yang lagi keluar dari parkiran bank swasta.
"Gue pengen berubah dari Seby yang sekarang. ya...kayak Sheila gitulah, biar gue bisa deket sama Rama"
CIIITTT!!!!
hampir aja Rio dan Seby nubruk itu mobil yang lagi mundur kalau nggak Rio cepet-cepet ngerem mendadak.
"Rio, pelan-pelan napa! itu mobil orang ntar lecet" Seby memukul Rio. dirinya sudah si pelototin sama satpam yang lagi bertugas memberi arahan pada si mobil.
Rio sementara tak menjawab omelan Seby,ia sibuk menggerakan setir, manrik gas dan menginjak rem untuk tidak beradu dengan mobil. barulah pas itu mobil pergi, Rio sudah melaju dengan kecepatan sedang, ia menimpali Seby "Elo sih bikin gue kaget. hampir aja nabrak kan tadi"
"Ye nyalahin gue! elo aja yang bawa motor nggak bener. SIM elo nembak ya"
"Enak aja lo! gini-gini gue selalu mengikuti peraturan yang berlaku tau. btw, kenapa lo mau berubah? sok-sokan aja sih lo, udah deh nggak usah mikir yang nggak-nggak, belajar yang bener, raih cita-cita elo"
Seby manyun "Ah...elo mah gitu banget. ini mungkin cita-cita gue dan gue akan meraihnya"
"Dasar Pe'a! masa cita-cita begituan? nggak bergengsi banget sih lo. hidup lo cetek banget"
Seby memukul helm Rio. "Biarin! daripada nggak punya cita-cita"
Riopun terdiam tak menimpali lagi.

Bisakah Seby mencapai tujuannya untuk berubah menjadi Seby yang berbeda? terus gimana nasib Seby dengan si cowok yang mergokin dirinya ngintip adegan si cowok di tolak si cewek? siapa sih cowok ini?? terus gimana tuh sama Jelita? baca aja di part selanjutnya dan selanjutnya, temukan jawabannya disana

Read more...

Tuesday, April 20, 2010

BEAUTIFUL PART 6

Seby mengulum bibirnya "Emmm..."
"Menurut lo kenapa?" Seby balik nanya. Rio menopang dagu.
"Mungkin emang elo cantik jelita gitu kali. tapi gag juga ah"
Seby mengetuk helm Rio. "Gue emang nggak jelita tapi gue cantik, nggak kalah cantik tuh sama Sheila"
"Sapa tuh Sheila?"
"Dasar dodol! waktu itu kan udah gue kasih tau. dia itu temen sekelas gue yang cantik banget, yang beruntung banget bisa deket sama Rama"
Rio ber-oh ria tanpa minat.
"Elo kalau ketemu dia, pasti suka deh. yakin! semua cowok tuh jatuh cinta sama dia"
Rio tak menanggapi. ia menarik gasnya karena lampu sudah menyala hijau.
Keduanya kembali diam, Rio berkonstrasi menyetir, Seby sibuk membayangkan dirinya ada di posisi Sheila. siapa sih yang nggak mau jadi Sheila? udah tajir, cantik pula. belum pernah Seby melihat Sheila di tolak cowok. ada juga dia dikejar-kejar cowok.
"Jadi cantik itu enak ya!"
Rio yang lagi konsentrasi jadi bingung dengan celetukan Seby."Maksud lo?"
"Jadi cantik itu pasti enak. semua orang pada suka, mau minta apa-apa pasti semua orang pada mau bantuin, bisa deket sama Rama"
Rio terkekeh geli. "Orang-orang kayak gitu tuh nggak penting. Selalu ngelakuin hal yang nggak penting, cuma buang waktu. dandanlah, belanjalah, ngegosiplah"
Seby manggut-manggut, emang sejauh yang ia tau, kakak kelasnya yang populer dan juga Sheila, selalu mengobrol asik bersama teman-temannya. dan rata-rata yang di obrolin itu tentang cowok kelas sebelah yang baru aja putus atau tentang cowok kuliahan yang mereka temui di cafe ternyata membalas senyum mereka.
"Udah deh elo nggak usah mikir yang macem-macem. belajar aja yang bener"
Seby berdecak sebal.
"Lama-lama elo tuh udah kayak bokap gue tau. nasehat muluuu..."
"Loh, emang bener kan nasihat gue. anak sekolah tuh ya kerjaannya sekolah"
"Ah, emang dasar elo tuwir, makanya omongannya kayak orang tua"

Rio berbelok setelah melewati jembatan. sekilas Seby melihat ada seseorang di bawah jembatan situ sedang menyodok-nyodok sampah memakai bambu galah panjang.
"Buset, itu orang ngapain? udah kurus masih aja bawa bambu gede. ampe nggak bisa di bedain mana bambu mana orang" komentar Seby.
"Hah?"
"Nggak...itu tuh tadi ada orang di bawah jembatan sono"
"Orangnya manis kagak?"
Seby mengerutkan kening. "Mana gue tau! napa? naksir lo?"
"Ya kagak! kalau manis, ati-ati yang elo liat itu bukan orang tapi si manis jembatan ancol hahaha"
Seby tersenyum kecut. "GARINKKK!!!!!" Rio terpingkal, untung aja nggak nabrak pejalan kaki yang lagi nyebrang.
"Jadi pengen ke ancol deh" celetuk Seby.
"Ngapain? keremu si manis?"
Seby mengetuk helm Rio sekali lagi. "Bukan dodol! pengen main aja. ke dufan aja, yuk! besok weekend. elo ada acara nggak?"
Rio mengerutkan alis tuk berfikir sejenak. "Eng...kayaknya ada deh"
"Yah payah lo! sok sibuk"
Rio masih mengerutkan alis, masih berfikir "Eng...gimana kalau besok aja pulang sekolah? lagian kalau weekend, dufan pasti penuh"
Senyum Seby mengembang seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan watt.
"Rio, elo emang pinterrr!!!!! mau bangetlah gue"
***

Mungkin emang udah di takdirkan bagi Seby dan Rio untuk ke dufan siang ini. Cuaca mendukung banget. mengingat cuaca sekarang-sekarang ini yang kadang pagi ujan, siang terang dan sore hujan lagi, mereka sih cuma bisa berharap eh ternyata malah nggak hujan. udah gitu Dufan nggak terlalu ramai. biasanya kan banyak anak-anak kecil,sekarang cuma ada beberapa anak kecil dan antrian nggak terlalu panjang.
biasanya pada weekend, mau naik pontang panting aja kudu ngantri berjam-jam.jangankan naik pontang-panting, untuk masuk ke dufan aja kudu nunggu luama dulu.

"Bener kata lo. enakan aps hari biasa, sepiii!!!" Seby merentangkan tangannya bebas.
"Rio gitu loh. mau naik apa dulu nih?"
Seby memandang berkeliling "Pokoknya bianglala ntar sore aja ya, biar bisa liat sunset. eng...halilintar yuk"
"Nggak mau pemanasan dulu? mau langsung yang ekstrim nih?"
Seby tertawa sumringah."eng, ekstrem lock dulu deh. yang deketan" Seby langsung menarik Rio uuntuk masuk ke baris antrian.
Nggak perlu menunggu lama, mereka udah ada di deretan depan dan siap duduk di kursi.
layar besar di depannya mulai menyala saat mereka memakai sabuk pengaman.
Sebuah cerita sebatang kayu, mengocok mereka semua. Seby berteriak-teriak bersama pengunjung lain saat kursi mereka bergerak-gerak mengikuti gerakan sang kayu. Sebatang kayu itu terjun dari air terjun yang tinngi, tempat duduk merekapun menungkik ke bawah. Seby memejamkan mata takut melihat tingginya air terjun. belum lagi saat kayu itu siap di potong, mereka jadi bergetar-getar kaya di gergaji.

Keberadaan mereka di studio ekstrim lock ternyata nggak kerasa. kayaknya cuma sebentar doang, tau-tau udah selesai aja. Seby dan Riopun melanjutkan perjalanan mereka.
"Alap-alap, yuk!" seru Seby lagi-lagi langsung narik Rio.

Nggak usah di ceritain gimana serunya mereka naik wahana ular itu. miring ke kanan, miring ke kiri, teriak-teriak ampe suara Seby serak. Rio udah nggak tau lagi abis ini Seby bakalan narik kemana. ternyata narik ke kora-kora.
"Seby, beneran lo berani naik ini?" Rio menatap ngeri. Seby mengangguk semangat empat lima.
"Kenapa? elo takut?? payah lo! ini tuh belum seberapa sama tornado"
"Elo mau naik tornado juga?" wajah Rio syok berat membayangkan wahana tornado yang kayak sate guling, di bolak balik begitu.
lagi-lagi Seby mengangguk dengan wajah sumringah.
"Tuh kora-kora nggak ngantri banyak. tumben banget" Seby jinjit-jinjit tuk melihat barisan depan.
Seorang cowok yang sepertinya Seby kenal, berdiri tak jauh di depan sana. Seby membatu dengan pipi merona.
"Rio, ada Rama. itu Rama!" Seby menarik-narik jaket Rio ampe Rio miring-miring.
"Itu ada Rama..My God!!! ngapain dia disini??" dengan excited, Seby memukul-mukul lengan Rio.
"Aduh, sakit tau! mana sih? mana?" Rio ikutan melongokan kepalanya mencari yang dimaksud Seby.
"Itu yang pake kaos ijo" bisik Seby dengan mata tak lepas dari Rama. Rio melihat seorang cowok memakai kaos ijo dan celana pendek. dari samping aja itu cowok udah keren, apalagi dari depan. pantes Seby naksir berat. Rama ternyata tak seorang diri, melainkan bersama tiga teman cowoknya. mereka asik bercanda ria haha hihi.
"Gih sono samperin, ngobrol kek. kan satu sekolah" usul Rio.
"Hah? elo udah gila apa? mana gue berani"
Rio berdecak,"Nggak gentle lo! katanya naksir. buktiin dong"
Mereka berdua berjalan pelan maju kedepan karena penumpang yang tadi udah naik Kora-kora, berangsung turun. digantikan oleh barisan depan yang siap naik.

"Menurut lo dia gimana?" tanya Seby dengan mata berbinar.
"Cakep kok. boleh juga selera lo tapi masa elo nggak mau nyapa" Rio melongokan kepalanya lagi menatap Rama tapi yang dia dapeti bukan sosok Rama yang lagi haha hihi tapi Rama dan teman-temannya, dan beberapa orang didepan sana sedang mengerubuti perahu besar kora-kora di sisi kiri.
"Eh, ada apa tuh? kenapa orang-orang pada ngerubut disana? kok nggak naik-naik sih? bikin kita nunggu lama aja. WOII....CEPETAN DONGGG!!! MAJUU, NGANTRI NIHHH" seru Rio meneriaki bagian depan.
Seby ikutan melongo karena penasaran.
"BENTAR DONG SABAR!! INI ADA YANG PINGSAN" seru sebuah suara di depan.
"Hah? pingsan?" Seby menaikkan sebelah alisnya. Baik Seby maupun Rio dan orang-orang di belakang mereka, pada jinjit-jinjit ingin melihat.
Ternyata itu seorang cewek yang mabok abis naik kora-kora. ada muntahan di sekitarnya, cewek itu jadi kayak orang teler. udah muntah, lemes pula. nggak bisa menggerakkan badannya. dan anehnya, orang-orang disekitar sana cuma ngeliatin doang. hanya ada dua orang temannya dan seorang petugas kora-kora yang membantu.
"Heh, bantuin dong! kasian tuh" gumam Seby.

Hanya bermodal nekat, Seby permisi-permisi, menyelinap maju kedepan. Rio kaget karena tiba-tiba Seby nyosor kedepan menembus barisan orang-orang di depannya.
"Seby, mau kemana lo?"
Seby tak menghiraukan. ia terus melangkah kedepan. Rio berusaha menyusul cewek yang masih pakai seragam SMA Dinamika itu. Bahkan Seby cuek aja pas ngelewatin Rama, Rio ampe heran. perhatian Seby terpusat ke cewek yang setengah pingsan itu.
"Woi, tolongin dong! jangan di liatin aja. kalian pada mau main kan. makanya tolongin biar cepet" kata Seby sembari menelisap.
Pas sampai sana, Seby langsung mengeluarkan tissu yang biasa ia bawa dari dalam tasnya. dengan tissue itu, ia mengelap badan si cewek yang kena muntahan.
"Mas, tolong angkat dong. kasian nih nggak bisa jalan" Seby memerintahkan si petugas kora-kora. awalnya mas-mas itu agak jijik dengan aroma si cewek, tapi dia mau juga ngangkat pas di desak Seby.
"Mbak, temennya tuh bantuin. ini tasnya" Seby mengangsurkan tas si korban yang ketinggalan pada salah satu temannya.
seorang petugas datang satu lagi membawa ember berisi air. muntahan yang bersisah di bangku kora-kora, segera di siram ama si petugas lalu di lap.
"HUUUU....MAKANYA KALAU NGGAK BISA NAIK KORA-KORA, JANGAN NAIK! KAMPUNGAN!!!" sorak penumpang yang lain saat si korban di bawa menembus kerumunan. Seby menatap kasian.

Begitu kora-kora bersih, baru deh penumpang yang lain pada berebutan naik. ampe Seby yang berdiri di dekat pintu masuk kedorong-dorong. Badan Seby bergerk-gerak bebas dari satu sisi ke sisi lain. Seby menggapai-gapai tangannya tuk mencari pegangan tapi yang ada malah mukanya ke pukul tangan orang, kakinya keinjek dan badannya nabrak tiang di belakangnya.
"Awww...." keluhnya tertahan. dengan sigap, walah agak terlambat, Rio menarik Seby menjauh dari pintu masuk.
"Udah yuk ah nggak usah naik ini. pada rese orangnya" kata Rio menarik Seby mundur tuk keluar dari barisan.

"Udah nggak mau nolongin, ngomel-ngomel doang, begitu udah bersih aja, pada berebut naik. wuu...mau enaknya doang!" keluh Rio saat mereka menjauh dari arena kora-kora.
"Kasian juga tuh cewek yang tadi. ampe lemes gitu" Seby mencium tangannya. bau muntahan!
"Rio, ke WC dulu yuk! tangan gue bau nih"
Rio pun setuju.
***

Rio terima pasrah aja pas Seby menarik tangannya kearah wahana Tornado. baru aja keluar toilet, tau-tau Seby udah semangat empat lima ngegiring dia melewati orang-orang tuk ikutan ngantri di Tornado.
"Seb, ganti yang lain aja deh. niagara aja deh. kan seru juga tuh, bisa terjun dari air terjun gitu. nggak papalah basah-basah dikit daripad-"
"Rio, gue maunya yang ini. ayo dong! seru kok, nggak apa-apa" Seby bersih keras menyeret Rio masuk dalam barisan. mau nggak mau, Rio ngalah juga. dia tengak tengok ke depan. antrian masih agak jauh sih, di belakangnya juga udah ada orang yang ngantri. sepasang kekasih sepertinya. abis mesra banget.
"Mampus deh! abis ini otak gue di kocok-kocok" batin Rio menggigit bibir.
"Seb, gue belum pakai asuransi nih"
"Nggak perlu asuransi, elo cuma butuh suara lo doang. ntar teriak kenceng ya! biar seru. duh, gue udah nggak sabar" Seby menjulurkan lehernya melihat seberapa panjang barisan.

Wajah Rio makin pucet. emang dasar dia lagi sial, antriannya tuh nggak panjang. cuma tinggal beberapa barisan lagi. Rio mendongakkan kepalanya, melihat para penumpang yang sedang di "siksa" di wahana Tornado. muter-muter, di bolak balik, kepala dibawh, kaki diatas. rambut mereka pada kebawah semua, taip herannya, mereka kok malah teriak kegirangan gitu. beberapa orang di depan Rio, yang juga lagi ngantri, malah ketawa-tawa, dan loncat-loncat nggak sabaran kayak Seby. dasar pada edan semua! di banting-banting gitu kok malah pada girang.
Pas banget Rio mendongakkan kepala, ia melihat langit berubah menjadi gelap. Daritadi emang udah agak mendung, tapi baru kali ini Rio liat langit udah gelap gitu. dan yang bikin Rio sumringah, gerimis mulai turun.

"Seb, hujan, Seb!" para kodok di kali, kini ada temannya yang ikut bersorak kegirangan.
Seby mendongak dengan wajah cemberut. "Yah...jangan ujan dulu dong, please!"
Rio menengadahkan telapak tangannya. gerimis emang masih kecil, tapi dia yakin sebentar lagi pasti jadi gerimis gede-gede dan hujan deras. Yes!
"Jadi gimana nih? udah mau ujan, yuk udah aja" Rio membujuk. Seby mendongak, menatap langit dengan harapan gerimis cepat berhenti. tidak hanya Seby saja yang khawatir akan turun hujan, tapi juga para penumpang lain yang lagi ngantri.
"Duh ujan lagi! gimana dong? udah ngantri gini" celetuk seseorang.
"Pake acara hujan segala. tadi perasaan cuaca oke-oke aja" kata sebuah suara lagi. Diam-diam Rio tersenyum senang.
"Rio, gimana dong? kita udang nanggung nih. bentar lagi giliran kita yang naik"
pas banget Seby bilang begitu, hujan mulai turun. Seby dan semua penumpang yang antri pada kelabakan.
"Ujan! ayo neduh" Rio dengan sepihak menarik Seby.

Benar saja. karena hujan, permainan tornado di hentikan. Seorang petugas sudah memberikan penguman kalau tornado di pending sampai hujan selesai. Rio agak lega juga sih, setidaknya nggak main tornado sekarang.
sembari menunggu hujan, Seby dan Rio berteduh disalah satu restoran fast food di dalam dufan. untung ada itu restoran tapi ada nggak untugnnya juga, karena itu restoran jadi penuh. para pengunjung berteduh disana semua.
Seby dan Rio makan camilan sambil melihat keluar. hujan emang nggak terlalu deras kayak waktu itu. Nggak ada geluduk dan angin kencang. cuma hujan normal.

"Seb, nekat aja yuk! bete nih gue disini. main niagara yuk" Rio mengaduk-ngaduk minumannya. Seby melirik keluar sekali lagi.
"Iya yuk. gue juga bete" Seby bangkit berdiri. mereka berduapun menembus hujan dalam jaket Rio menuju wahana Niagara.
"Jangan lari kenceng-kenceng dong. gue kehujanan nih" Seby menarik lengan Rio agar jaketnya tetap berada di atas kepalanya. Rio memperlambar langkahnya dan berusaha menjaga jaketnya tetap memayungi keduanya.
"Awas kepleset. licin tau!" Rio mendorong pundak Seby menggunakan sikunya agar tidak menginjak lumut di sisi kanan. Seby berhasil menghindar dari lumut itu, keduanya terus melanjutnya berjalan menembus hujan.
ternyata nggak cuma mereka berdua doang yang nekat, ada banyak orang yang juga nekat menembus hujan untuk menikmati arena permainan di dufan.
Begitu sampai Niagara, mereka langsung naik perahu kayu berisikan enam penumpang itu. beruntung banget mereka karena bisa langsung naik tanpa mengantri. mereka naik bersama empat orang lainnya. Meski keduanya nggak kenal sama keempat orang itu, tapi mereka kompakan teriak pas perahu mereka terjun bebas ke bawah.
"HUUUAAAAAAAA......."
BYUUURRR!!!!!
rambut, baju, muika, sepatu, ampe pakaian dalam mereka basah semua gara-gara kecipratan air yang muncrat.

Naik Niagara sekali doang rasanya nggak puas. tapi mau gimana lagi, kalau mau naik dua kali ya kudu antri lagi. mereka memutuskan memainkan wahana lain berhubung hari sudah semakin sore.
Hujan masih saja turun, tapi mereka tak lagi memakai jaket Rio sebagai payung.
"Udahlah nggak usah pakai jaket lagi, udah basah ini. nanggung! biar basah semua" begitulah alasan Seby.
Setelah Niagara, mereka menuju arung jeram yang bisa sekalian basah.
Nggak jauh beda dengan Niagara, mereka teriak-teriak juga. nggak peduli badan pada basah kuyup. sepatu udah nggak berbentuk, rambut Seby basah kayak orang abis keramas.
Sayangnya, abis basah-basahan tiba-tiba pas menjelang maghrib, hujan berhenti berganti dengan angin semilir. lengkaplah sudah rasa dingin hari ini.
"Buruan balik aja yuk. udah sore banget" ajak Rio. Seby mengibaskan bajunya yang basah.
"Tapi kan belum naik bianglala"
"Kapan-kapan aja deh. besok-besok kan bisa. sapa tau besok elo naik sama Rama"
Seby senyum-senyum sendiri membayangkannya.
"Bener juga lo. bentar, gue mau ganti baju dulu" Seby membuka tasnya dan mengambil sebuah kaos. Riopun juga ganti baju dengan kaos lengan panjang yang berbeda dengan kaos coklat yang tadi di pakainya.
Seby berdecak kecil melihat penampilan Rio.
"Kok elo cakep sih pas pakai baju ini" katanya heran, Rio senyum-senyum bangga membuat Seby menarik kembali ucapannya.
***

Seby merenung dalam kamarnya. Baru saja ia pulang kerumah, udah di ceramahin nyokapnya. apalagi kalau bukan karena dia pulang telat. tugas yang nyapu, nyiram tanaman dan yang di suruh-suruh ke warung udah nggak ada lagi. Ozan juga marah-marah karena dia menjadi sasaran atas semua tugas Seby. Tapi Seby merenung bukan karena itu. Bagi dia mah di ceramahin udah kebal. Masih untung ini nggak di tambahin ceramahan ayahnya. kalau di tambah ayahnya, komplit sudah ia dapat ceramah seharian full. untung ayahnya kerja di luar kota.

Bayang-bayang Rama di dufan tadi masih saja melekat di pikiran Seby. betapa gantengnya cowok itu. itulah yang membuat Seby merenung malam ini.
"Gue ini bego banget sih. kenapa gue nggak berani nyapa Rama? udah tau gue orangnya cemen, masih aja naksir dia" Seby mengetuk-ngetuk kepalanya.

Seby rebahan sambil mengibaskan rambutnya yang basah, berharap segera kering.
"Eng...gue harus gimana ya? sebenernya gue bukannya nggak berani tapi gue nggak pede"
Seby bangkit berdiri dan berkaca. "Gila, penampilan gue kampung banget. beda sama Sheila! nggak ada rambut ikal, yang ada rambut kusut yang udah kena tolak angin, balsem, keringet sama debu. nggak ada kulit mulus, nggak ada kuku terawat yang ada kuku yang abis digigit-gigit ampe kelihatan dagingnya gini. pantes Rama nggak ngelirik gue"
Kembali Seby merebahkan tubuhnya diatas kasur. dia menatap langit-langit dengan pikiran menerawang jauh.
lama...semenit dua menit...panggilan Ozan untuk makan malam nggak di hiraukannya. lima menit...hpnya bunyi juga nggak di gubris.
setengah jam...suara cecak mengisi keheningan kamarnya. Seby tetap membatu menatap langit-langit dengan beribu pikiran.

"Yap! ini udah pasti, gue harus berubah" katanya setelah terdiam lama itu.

bersambung....
gimana dengan rencana Seby? apa yang dimaksud dengan berubah?

Read more...

Monday, April 19, 2010

BEAUTIFUL PART 5

Napas Seby serasa terhenti. Dadanya nyeri nyut-nyutan, melebihi nyut-nyutan orang sakit gigi.Mungkin saat ini ia lebih memlih kejedot tembok, kejedot tiang bendera, atau kejedot Pak Muro yang genit itu. daripada harus kejedot pemandangan menyakitan didepannya ini.Mata Seby serasa panas, kakinya membatu. Ingin rasanya ia memalingkan wajah dan berlari kencang dari sana. tapi tidak bisa! seperti tersedot lubang hitam di angkasa, yang terus menerus menariknya walaupun itu sangat menyakitkan.

Rama memang tidak mengenal dirinya, merekapun memang tidak pernah mengobrol satu sama lain, jangankan mengobrol, meliriknya saja tidak. tapi perasaan yang dimiliki Seby, melebihi dari sekedar ngobrol bareng, ketawa bareng atau main bareng. Dalamnya perasaan itu, membuatnya sekarang ini terasa tertusuk sangat dalam saat melihat Rama tengah duduk berduaan dengan Sheila. Tawa Rama yang selama ini di nantinya, senggolan hangat Rama yang dari dulu diinginkannya. sekarang tengah di terima oleh Sheilla.
jantung Seby serasa jatuh kebawah, terkubur dalam di dalam tanah bersama Mumun. darahnya beku, sebeku mumi di Mesir sono.

Entah karena apa, Seby merasa ini bukanlah tempatnya. dengan sisa-sisa tenaga, ia melangkahkan kakiknya menuju kelas. Duduk sendirian adalah hal terbaik untuk saat ini. Ia ingin mengatur emosinya, tapi belum sempat ia menarik napas panjang, si cowok gondrong teman sekelompoknya menghampirinya dengan senyum angkuh seperti biasanya.

"Heh, Jangan pernah bilang sama Bu Amri. awas lo!"
Seby hanya diam. Seorang cowok tiba-tiba nongol dari balik pintu dan memanggil si gondrong.Sebelum pergi menghampiri temannya, si gondrong menoyor kepala Seby terlebih dahulu.
air mata Seby hampir saja menetes, kalau saja tangannya tidak segera menghapusnya.
"Jangan nangis, Seb! sabar..." Sebypun memulai ritualnya mengatur emosi.
***

Rio bingung dengan wajah Seby siang ini.Emang sih biasanya cewek ini jarang senyum, tapi nggak separah ini. Tatapannya kosong, jalna udah kayak mayat hidup, bibirnya kering dan rambutnya berantakan.
"Kenapa lo, Seb? abis kesetrum? tadi emang pelajaran apa aja? pas pelajaran elektro, elo ngelamun ya makanya kesetrum. makanya kalau pas pelajaran elektro, pake sandal jepit" meski Rio sudah bicara berentet, tetap saja Seby tidak merespon.

SMA Dinamika masih ramai, ada aja siswa yang belum pulang dengan alasan mau kerja kelompok dulu. padahal cuma nongkrong-nongkrong di warung depan SMA. Rio celingukan, entah mencari siapa atau mencari apa. setelah celingukan, ia menoleh kearah Seby yang berdiri mematung dihadapannya.
"Temen-temen lo happy-happy aja. kok elo lecek ndiri? napa lo? belum makan ya? gih yuk makan, gue juga belum" katanya dari balik helmnya. ia sengaja tak membuka helmnya, alasannya capek. heh? butuh berapa tenaga dan kalori sih hanya untuk membuka helm? makanya, Rio hanya membuka kacanya saja.

Seby mengangguk lemah. Seperti mumi, ia naik keatas motor. hampir aja dia jatoh keserimpet pedal kaki, tapi ia segera pegangan motor tuk menopang dirinya.
"Astaga! elo napa sih? nggak makan berapa hari lo?" tanya Rio.
Seby menepuk bahu Rio. "Yuk, ah berangkat! jangan cerewet"
Rio mendelik."Buset. meski lemes, masih aja galak. emang gue ojek!"

Sepanjang perjalanan, Rio tak henti-hentinya bertanya ada apa gerangan dengan Seby. tapi karena Seby diem mulu, akhirnya ia ikutan diam. Rio nggak tau Seby mau makna dimana, akhirnya ia mengajaknya makan di warung ketoprak tak jauh dari monas.
"Gih makan yang banyak biar nggak kayak ondel-ondel gitu jalannya" Rio menyodorkan ketoprak satu porsi.
Seby makan dalam diam, Riopun juga. bagi Rio, makan adalah momment terbaik. harus di nikmati dan di khayati.
Lagi enak-enaknya makan, tau-tau Seby nyeletuk. "Naik monas, yuk! gue belum pernah nih"
Rio berhenti mengunyah. Ia melirik jam tangan hitam di lengan kirinya, "Boleh-boleh" katanya menyetujui. ia kembali makan dalam diam, Seby memperhatikan Rio sesaat lalu kembali makan. kebetulan banget emang dia belum makan.

Kondisi Seby setelah makan, menjadi lebih baik. Jalan udah nggak kayak mumi, tatapannyapun ngga kosong lagi, tapi masih aja tetep diem. Nggak menggubris Rio yang ngoceh terus di sebelahnya. apalagi setelah mereka naik keatas monas. Wah...Seby cuma bisa senyum lebar dengan mata berbinar.
"Kalau malam lebih oke, Seb!" terang Rio.
"Emang elo udah pernah?"
"Udah dong. ampe kejebak di lift macet segala. kalau malam, lampunya lebih keren. wah, lo bakal heboh deh! itu bandara, kadang kalau malam masih ada pesawat yang nangkring, terus kota Jakarta itu kayak taburan permata berkilau di bawah sana"
Seby makin berbinar. "Bener? wah gue jadi pengen liat kalau malam deh"
Rio manggut-manggut.

"Jarang loh anak jaman sekarang mau berkunjung ke monas. mereka jaim. lebih suka ke PIM sono atau BP, atau ke SMS, paling mentok ya ke GI atau PS dulu yang deket sini" Rio melempar pandangannya luas ke depan, memandang kota Jakarta di siang hari.
Seby tertawa pelan mendengar komentar Rio.
"Gue nggak bakal menginjakan kaki kesono. tau kenapa? karena gue bukan anak gaul, Bro!" Seby bergaya "sok anak gaul" saat menyebutkan kalimat terakhir.
"Ohya? emmm" Rio meneliti Seby dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Iya sih kelihatan kalau elo tuh kuper"
Seby mendengus sebal. kuper? enak aja!
"Tapi gue kadang bete sama anak-anak sekarang yang sok gaul itu" tambah Rio kembali menatap Jakarta.
Seby mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? gue malah pengen ngerasain gimana jadi mereka. elo tau nggak, ada tuh temen sekelas gue namanya Sheila. udah cantik, populer, gaul pula. semua cowok pada nempel sama dia"
Rio tertawa garing.
"Dia pasti rambutnya panjang bergelombang, rok pendek, kaos ketat kan? kadnag suka ngibasin rambutnya gitu"
Seby mengangguk semangat. betul banget!
"Heh, udah basi gitu mah!" Rio mencibir.
"Kalau elo sendiri gimana pas SMA? dari tampang lo sih, kayaknya elo udah nggak SMA lagi. udah tua ya lo"
Rio menoyor Seby.
"Sial lo! gue masih muda tau, cuma udah nggak SMA lagi. dulu sih gue termasuk jajaran cowok most wanted. semua cewek pada ngejar-ngejar gue tapi guenya aja yang nggak mau"
Seby memonyongkan bibirnya. "BOHONG BANGET! mana ada yang mau sama cowok cerewet kayak elo"
"Ye...nggak percaya! elo nggak liat apa kalau tampang gue ini tampan merajalela?" Rio menyisir rambutnya pelan dengan tatapan mata menggoda. Seby langsung terbahak ampe muntah-muntah.
"Huahahahaha....gue nggak doyan ama aki-aki! dasar tuwir lo"
Rio langsung mengkeret. "Gue belum tua, tau! dasar emak!"
Keduanyapun masih terus mengobrol asik sambil sesekali menimpali dengan pukulan dan toyoran. Pelan namun pasti, siang itu dihabiskan Seby bersama Rio. ampe pulang ke rumah, ibunya ngomel-ngomel gara-gara Seby telat pulang. bukan kenapa-napa, tapi karena di rumah nggak ada yang nyapu dan nyiramin tanaman depan rumah.
Dan sejak saat itu, Rio menjadi tukang ojek pribadi Seby. Si tukang ojek, eh maksudnya Rio, udah standby tiap pagi di bangunan tua itu.

Saat itu, di suatu siang pas Rio nganterin Seby pulang, keduanya berhenti di lampu merah. bukan untuk ngamen atau minta-minta apalagi jadi tukang jualan permen. tapi karena mereka adalah rakyat Indonesia yang taat dengan peraturan lalu lintas. menunggu lampu menyala hijau. meski kudu kepanggang di panasnya Jakarta beberapa menit.
"Seb, gue masih nggak ngerti nih kenapa abang elo manggilnya kok Jelita?"
Seby yang tadi lagi nyanyi-nyanyi pelan langsung berhenti nyanyi.
"Heh, kenapa? jangan bengong. ada orang nanya juga" Rio menoleh kebelakang, menyonggol Seby menggunakan bahunya.
Seby mengulum bibirnya. "Ehmm...."

Bersambung....

Read more...

Saturday, April 17, 2010

BEAUTIFUL PART 4

Seby masih nggak percaya kalau dia bisa sampai rumah dengan selamat. Bukan karena apa-apa, tapi karena Rio yang nganterin. Dia kira, Rio bakal membawanya membelok sebelum sampai gang rumahnya. dia kira Rio bakalan memberhentikannya di depan rumah pak RT dan melaporkannya sebagai terdakwa perusak bangunan kota. atau yang lebih parahnya, Rio bakal malakin pulsanya lagi dan kali ini lebih banyak. tapi ternyata tidak! terbukti sekarang ia berdiri dengan selamat sentosa tanpa ada kekurangan apapun, di depan rumahnya yang sederhana.

Mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya, Ibu Ira dan seorang anak laki-lakinya mengintip bebarengan dari balik tembok.
"itu Seby sama siapa ya?" tanya sang ibu. Sang anak mendelikan bahu masih terus menatap tajam kearah cowok itu.

Begitu Rio membuka helmnya, sang anak terperangan. "Gile! cakep bener!" gumamnya. iapun langsung melenggang keluar rumah.
"JELITA!!!! SIAPA NIH? CAKEP BENER!!!" serunya nyablak. Seby menoleh kearah kakaknya dan langsung menyeret kakaknya.
"Heh, toa banget sih lo! masuk gih sono" bisiknya.
"Iya...iya...yang lagi pacaran kagak mau di ganggu" godanya hendak masuk rumah tapi pertanyaan Rio menghentikannya.
"Jelita? bukannya nama elo Seby?"
Dengan senyum sumringah, Ozan siap menerangkannya. "Jadi, jelita itu hbmpphhh..." secepat kilat Seby membungkam mulut Ozan dan menyeretnya masuk kedalam rumah.
"Bentar ya, Rio!" kata Seby tersenyum kaku pada Rio yang keheranan.

"Aduuh....Jelita apaan sih lo! tangan lo tuh bau tau. abis megang apa sih lo? ngupil kagak cuci tangan ya? asin gitu"
"Elo tuh berisik banget tau! jangan malu-maluin gue. udah elo di rumah aja" Seby menutup pintu ruang tamu dan kembali menghampiri Rio.
meski sudah di kurung di dalam rumah, Ozan tetap mengintip, disusul ibunya yang tadi sempet ngumpet pas Seby masuk rumah.

"Gila, Bu! calon mantu Ibu ganteng banget"
Ibu Ira senyum merona merah. mendadak, di benaknya melayang gambaran saat ia melihat Seby dan sang cowok itu menikah. dengan gaun pengantin cantik serba putih, keduanya sungkem di bawah kakinya meminta restu. dan keesokannya sudah punya anak yang lucu. pipinya gembil, matanya mirip Seby, senyumnya mirip si bapak.
"KYAA!!!! Ibu nggak sabar mereka cepet nikah" serunya tertahan sambil merem melek. Ozan mendelik.
"Bu, baru calon, Bu! janga heboh gitu deh"
"Makanya kamu ke masjid sana, banyak doa, shalat jama'ah, minta sama Allah supaya adik kamu nikah sama dia. kan bangga punya adik ipar cakep"
Ozan tersenyum lebar "Asal nggak ngalahin ketampanan aku aja, Bu!"

Seby tak mengetahui kalau dibalik tirai itu ada dua orang yang lagi sibuk ngintipin dirinya dan Rio.
Seby merasa tidak enak dengan Rio atas adegan barusan ia menyeret-nyeret kakaknya.
"Sorry, tadi kakak gue!" Seby tersenyum malu. Rio tersenyum maklum.
"Elo punya kakak? wah asik banget dong! apalagi kayaknya kakak lo gokil gitu"
"Yah gitu deh. ada enaknya, ada nggak nya. elo punya kakak juga?"
Rio menggeleng pelan. "Anak tunggal, tanggul, tenggol. pokoknya anak satu-satunya"
Seby tertawa pelan. "Disayang banget dong lo! pantesan cerewet"
Rio mengerutkan alisnya "Emang ada hubungannya?"
"Eng...kayaknya sih nggak ada. udah ah, lupain aja! btw, makasih ya atas tumpangannya dan foto copy-nya. ntar gue ganti kok kalau duit bulanan gue udah turun"
"Nggak usah. anggap aja itu balasan pulsa kemaren. malah kayaknya kurang deh. ntar deh gue ganti dengan mentraktir lo. lebih nikmat tuh. daripada buat beli pulsa, buat apa? nggak bikin kenyang, nggak bikin pu-"
"Rio, cukup! iya, kapan-kapan elo traktir gue juga oke" Seby mengintrupsi supaya Rio nggak berbicara panjang lebar lagi.
"Oke deh gue balik dulu" Rio memakai helmnya dan mulai men-stater motornya.
"Tapi gue masih nggak ngerti sama jelita itu. gimana sih? nama lo Seby Jelita? keren juga tuh!" kata Rio masih belum juga menarik gas motornya.
"Udah deh sono pulang! nanya-nanya mulu. ntar kapan-kapan gue jelasin deh. sono!" Seby mendorong-dorong Rio agar menjauh.
"Iya, iya gue balik. btw, elo anak Dinamika kan? besok gue ada urusan di sekitar sana, mau bareng nggak? jujur, gue nggak tau jalan hehe"
Seby menghembuskan napas sambil memutar kedua bola matanya. "Iya deh terserah aja! gih sono pulang"
Rio menarik gasnya tapi Seby malah menarik jaketnya lagi untuk berhenti.

"Eh, tunggu...tunggu...tunggu..."
"Apa lagi? katnaya suruh cepet pulang"
Seby mendekatkan dirinya ke Rio. "Besok ketemuan di bangunan kemaren aja ya. jangan di rumah gue. oke!" jelas Seby. baru saja Rio ingin bertanya mengapa, Seby langsung mengancungkan jari telunjuknya. "Jangan banyak tanya kalau mau barengan"
akhirnya Rio cuma manggut-manggut aja. ia pun berlalu dari rumah Seby.

Seby berbalik masuk rumah tapi tatapannya menangkap sosok Dhea sedang di teras rumah depan. Seby mengerutkan alisnya. jangan-jangan itu cewek liat lagi tadi ada Rio disini.
tapi Dhea hanya tersenyum saja. senyum seperti baisanya yang selalu bikin Sebu sebal. nggak dengan semua orang di kampung ini yang menganggap senyumnya manis.manis dari hongkong? setau Seby, yang manis itu cuma gula, tebu dan sebangsanya. kagak ada tuh senyuman kok manis.
***

Bukan karena cowok gondrong itu, bu Amri memuji hasil tugas yang ia beliau berikan seminggu lalu. Seby berusaha menabahkan hatinya. sedangkan cowok gondrong disampingnya, terus saja mengumbar senyum.
"Tugas kalian mendapa nilai sempurna diantara tugas-tugas lainnya. saya tidak habis pikir, bagaimana bisa kalian mendapatkan tema yang lain daripada yang lain ini"
"Karena awalnya saya tidak tau temanya apa. yaudah saya pakai tema yang udah di depan mata aja. eh, kebetulan aja masih sesuai aturan" batin Seby menjawab. sedangkan jawaban si gondrong ini..."Ya, saya kan ingin berinovasi, Bu! syukur deh kalau ibu suka"
Seby ternganga. what? saya? itu gue yang ngerjain!!!! dia cuma modal suara doang alias marah-marah kalau tugas belum kelar padahal udah mendekati deadline.
Tapi sudahlah, toh dia juga kedapetan nilai ini.

Keluarnya dari ruang guru, si cowok gondrong itu langsung ngacir ke kantin. ya jelaslah sama teman-teman genknya. Seby memilih ke perpus di lantai atas. di koridor kakak kelas, ia meihat seorang kakak kelas yang dulu pernah satu angkot dengannya. nggak jauh beda kayak di angkot, di sekolahpun ia memalingkan wajahnya. Diam-diam Seby memperhatikannya. jadi beginikah penampilan para kakak kelasnya yang terkenal eksis? rambut panjang terkerai dengan anggunnya, wajahnya mulus dengan bedak dan lipgloss, seragamnya pas di badan dengan rok sedikit diatas lutut. jalannya pun harus mempesona. begitu sang kakak kelas melintasinya, aroma bunga mawar menusuk ke hidung Seby.
Seby menoleh, memandang terpesona para kakak kelasnya yang sudah melenggang menuju kantin.

BRUK. seseorang menabrak bahunya.

"Kalau bengong tuh jangan di tengah jalan dong!" omel cewek yang Seby tau dari kelas sebelah. cewek itu lalu pergi bersama dua temannya dan terkikik-kikik geli melihat reaksi kaget Seby.
Seby memutuskan kembali berjalan, tak memperhatikan sang kakak kelas lagi. kayaknya perpus emang pilihan yang tepat deh. disana nggak ada yang berisik, nggak ada para kakak kelas yang eksis, dan nggak ada si gondrong yang bawel. tapi disini juga nggak ada Rama. mendadak Seby jadi pengen melihat wajah tampan itu meski hanya sekali.
maka dari itu, Seby memberanikan dirinya tuk melangkah menuju kelas sang idola.
belum sampai kelasnya aja dia udah deg-degan, perutnya mendadak sakit dan tangannya berkeringat dingin.
ia berhenti, memutuskan untuk berbalik, membatalkan kunjungannya ke kelas sang idola.

"Nggak bisa! elo harus berani, Seby! jangan jadi pengecut. cuma lewat doang ini" batinnya. ia kembali melangkah, semakin ia melangkah, semakin dekat ia dengan sang kelas idola, dan semakin sakit perutnya. mendadak dia pengen pergi kebelakang. dia tidak bisa merasakan jantungnya ada di rongganya. entah ada dimana, berdekup menggedor-gedor dadanya minta di bebaskan.
Seby menarik napas panjang, dan dengan takut-takut menoleh ke kiri pas melewati kelas itu. ada banyak siswa di dalam kelas, tidak seperti kelasnya yang selalu kosong tiap kali jam istirahat. banyaknya siswa membuat Seby bingung mencari keberadaan sang idola. ia terus menoleh sambil terus berjalan.
DUAK!

apa yang terjadi dengan Seby?? yuk intip di part 5...

Read more...

BEAUTIFUL PART 3

Seby menelan ludah memandang ngeri raut wajah orang di hadapannya.

"ELO GIMANA SIH? ITU TUGAS KAN UDAH CAPEK-CAPEK KITA KERJAIN. BESOK UDAH DI KUMPULIN TAU!" cowok dengan rambut agak gondrong itu mengomel begitu mendengar berita yang dibawa Seby.
"Iya, gue juga tau kok besok udah di kumpulin. ta-"
"Nah kalau udah tau kenapa elo basahin?" potong cowok itu langsung. Seby mundur kebelakang sedikit karena kaget.
"Nggak gue basahin. kan udah gue bilang kalau kehu-"
"Tapi elo kan bisa berteduh dulu biar tugas kita gag basah. emang elo aja yang nggak becus bawa tugas. tau gitu gue yang bawa"
"Lha kan dulu gue udah ngusulin gitu. tapi elo bilang, ntar elo takut lupa bawa makanya elo nyuruh gue yang bawa" jawab Seby polos. cowok itu menggeram sebal.

"Pokoknya gue nggak mau tau! gimanapun besok itu tugas udah kudu selesai. dan elo cantumin nama gue sebagai pembuat juga di dalamnya"
Seby meremas roknya pelan.
"Eng....ok-oke deh"
cowok agak gondrong itupun berlalu. Seby menghembuskan napas lega. Dengan langkah berat ia masuk kedalam kelasnya.

Dengan sisa sisa semangat abis dimarahin teman satu kelompoknya, iapun membuka buku tebal dan mulai membacanya pelan-pelan. Waktu istirahat yang seluruh murid di kelasnya pada makan enak di kantin, kini hanya tersisah dirinya dengan kumpulan buku dan kertas-kertas.
"Ya Tuhan bantulah hambaMu ini!" ia pun mulai menulis.
satu kalimat, dua kalimat, satu paragraf, dua paragraf, satu lembar, dua lembar...

Seby merentangkan lengannya. tepat saat itu, bel tanda masuk kelas berbunyi. Seby memandang keluar jendela yang dimana murid-murid pada berjalan pelan menuju kelas masing-masing. dari banyak siswa, tatapan mata Seby jatuh pada satu sosok yang sudah seminggu, eh salah sebulan mungkin, atau setahun ya? pokoknya sudah beberapa lama ini menghantuinya.

Dada Seby berdebar saat melihat sosok itu tersenyum. Meski bukan tersenyum kearahnya, itu cukup membuat Seby berkeringat dingin. meski tidak melambai padanya, melainkan pada Sheila, teman sekelasnya yang juga cantik abis, tapi cukup membuat jantung Seby berdekup rasanya mau meledak. meski bukan bercanda gurau dengannya, tapi malah sama teman-teman se-genk nya yang juga cakep-cakep, tapi itu cukup membuat Seby panas dingin.

"Heh," sebuah gebrakan di meja mengagetkan Seby dan dengan singkat pandangannya beralih dari sosok tampan itu.
"Gimana tugasnya? tadi Bu Amri udah nanyain" kata cowok yang agak gondrong itu. pengen banget Seby narik poninya yang panjangnya ampe alis itu. KAGAK SABARAN AMAT SIH!
"Lagi on the way kok"
"Makanya naik pesawat biar nggak on the way mulu" katanya ketus lalu beranjak menuju mejanya sendiri. Seby mendengus sebal.Terbesit pertanyaan mengapa dia harus satu kelompok dengan cowok menyebalkan itu. cuma menang gaya doang! tapi otak kosong. kayak Rama dong. udah ganteng, jago ngedrumm,pinter kimia, baik, ngajinya juga oke. Gara-gara melihat sosok Rama tadi, sepanjang pelajaran Seby terus terusan mikirin Rama.

"Seandainya gue cakep, tajir, seksi kayak Sheila. pasti gue bisa deket ama Rama" Seby mendesah melas. "Jangankan itu! sapa sih yang kenal gue? seluruh isi Dinamika nggak akan tau gue murid sini kalau gue nggak pakai seragam ini"
***

Siang ini tak seperti kemarin. berbeda 180 derajat. tak ada lagi hujan deras, tak ada lagi geledek yang memekakkan telinga. yang ada hanya teriknya mentari dan panasnya hawa. Rio tak henti-hentinya mesen es teh dari penjual pinggir jalan. sarung tangan yang dipakainya menolong banget. kalau nggak, dia bisa gosong.Belum lagi asap knalpot Jakarta. wah, hebat deh! karena capek setelah keliling Jakarta seharian, ia memutuskan berhenti di salah satu warung tenda untuk sekedar minum es teh. sejauh ini udah tiga botol.
"Bang, satu lagi ya!" katanya setelah botol ketiga habis. Dengan sigap dan tak mempedulikan rasa heran, si Abang mengambilkan satu botol lagi. dalam satu sedotan, itu teh udah berpindah ke dalam perut Rio.

Pas lagi asik-asiknya ngaso, sekilas Rio melihat sosok yang di kenalnya sedang berdiri di toko sebelah. tepatnya toko foto copy-an. segera saja Rio berdiri dan keluar warung untuk menghampiri sosok itu.

"Hoy, Mak! kok ada disini sih?" serunya sambil menepuk punggung orang itu.
Orang itu terperangah kaget.
"Elo? lagi? ngapain lo disini? ngikutin gue ya?" rentet orang itu.
"Ye...ngapain gue ngikutin elo. ntar gue ikutan di tuduh ngerubuhin pintu rumah orang lagi"
orang yang ternyata Seby itu raut wajahnya berubah jadi kaget campur takut. ia menatap tajam Rio.
"Jangan ember ya jadi orang. lagian kan itu rumah nggak ada yang punya" Seby tetap membela diri.
"Oke...oke...gue bakal tutup mulut. tapi ada bayaran tutup mulutnya.gimana?"
Seby menatap Rio yang senyum-senyum sambil memainkan kedua alisnya.
"Cih...elo tuh ya! bakat banget jadi pemeras. udah ngabisin pulsa gue masih aja minta imbalan ke gue. siapa sih lo? gue laporin kantip loh"
"Elo kira gue banci. pake kantip segala. jadi gimana? gue saksi yang hidup loh. lagian gampang kok nemuin kantor RT atau mau ke kelurahan aja?"
Seby langsung membulatkan matanya. "Jangan! oke deh. ntar gue kasih imbalannya. tapi jangan berat-berat ya"
Rio tersenyum menang."Gitu dong! ntar deh gue pikirin dulu imbalannya apa. btw, ngapain lo disini? pulang sekolah bukannya pulang malah ngelayap"
"Ngelayap? sapa yang neglayap. ini nih gara-gara ujan kemaren, tugas gue ancur semua. untuk mengantisipasinya, gue foto copy perbanyak aja. pinter kan gue!" Seby tersenyum bangga.
"Tetep aja kayak emak-emak. gue kira elo tadi emak-emak. untung elo pak-"
"Pake seragam! udah deh sono lo! ganggu ketenangan hidup gue aja" Seby beranjak mendorong pintu toko foto copy. Rio tersenyum geli.

"Bang, semuanya berapa?" tanya Rio. si abang ngitung-ngitung dengan kesepuluh jarinya. dengan sabar, ia menanti abangnaya selesai ngitung dan memberinya duit kembalian. saking sabarnya, ia sudah melihat Seby keluar dari foto copy-an dan berjalan menyusuri trotoar, berjalan menjauhi dirinya. mungkin itu adalah jalan pulang, pikir Rio. tatapan Rio mengikuti tiap langkah Seby. udah kayak orang dikejar tuyul pake baju badut, itu cewek SMA berjalan dengan langkah panjang-panjang.
"Jangan-jangan dia cewek jadi-jadian" gumamnya heran melihat cara berjalan Seby yang nggak ada anggun-anggunnya sama sekali.

Beberapa kertas di tangan Seby, yang hendak dimasukannya kedalam tas, tiba-tiba pengen terbang dari genggamannya. dengan sigap Seby mengulurkan tangannya, jangan sampai itu kertas terbang di tiup angin dan jatoh di selokan atau di jilat anjing. Karena Seby terlalu panjang mengulurkan tangannya, badannya jadi mencondong ke kanan, sebuah bajaj yang ngebut ngejar setoran, nggak sengaja nyium lengan Seby.

Bukannya ngedapetin kertasnya, dia malah berputar-putar akibat kesenggol bajaj. udah muter-muter, jatoh pula, dan beberapa lembar kertas ditangannya berhamburan terbang. Sebagian jatoh di kepala, sebagian jatoh kedalam bajaj yang langsung ngacir gitu aja, sebagian lagi berakhir di selokan. ada yang nyangkut di daun-daun tajam.
"AW!!"

Rio yang menyaksikan dari jauh, langsung bangkit berdiri dan berlari menghampiri Seby. si abang tukang jualan teriak-teriak manggilin Rio lantaran uang kembaliannya belum disambut Rio.

"Seby, elo mabok ya? jalan bisa jatoh gitu" Rio menyambut lengan Seby tuk membantunya berdiri. "Anak SMA udah mabok. mau jadi apa lo ntar gede? kan kemaren udah gue bilang kalau anak SMA itu belajar yang rajin, dengerin penjelasan guru, patuh sama nas-"
"GELO! gue itu di serempet bajaj! bukannya jatoh. otak gue juga masih lengkap. kiri dan kanan, masa iya gue jatoh sendiri. ADOOOOWWWWW!!!!"

Seby berteriak kesakitan saat tangannya yang luka di pegang Rio. Rio ampe kaget denger teriakannya.
"Sorry...sorry...gue nggak tau kalau itu sakit. elo kagak apa-apa? nggak elit banget sih jatoh keserempet bajaj"
"Masih mending di serempet bajaj. coba kalau mobil" Seby meniup-niup lukanya.
"Kalau mobilnya ambulance kan sekalian"
Seby menendang Rio. "Maksud lo???!!!"
Rio meringis kesakitan.

"Udah deh, elo gue anterin pulang aja. daripada elo keserempet lagi" kata Rio berbaik hati.
"Ogah ah! iya kalau elo orang baik-baik. lagian gue bisa kok pulang sendiri. kalau gue keserempet lagi, gue bales serempet itu orang yang nyerempet gue" jawab Seby sambil memunguti kertas-kertas tugasnya.
"Yaudah kalau gag ma-"
"HUAAAA!!!!! TUGAS GUEEEEEE!!!!!" seru Seby histeris membuat beberapa mata orang yang lewat pada melotot kaget. orang yang naik motor, yang cuma lewat mak-wes aja ampe noleh, sopir angkot juga langsung tancap gas, nggak jadi berhenti menawarkan angkotnya pada Seby. kaki Rio ampir masuk got saking kagetnya.
"Astaga ini anak! elo tuh bisa bikin gue jantungan tau. gue kira apaan" Rio ikutan menatap kedalam selokan.

Wajah Seby syok berat. terbayang-bayang wajah teman sekelompoknya yang lagi marah-marah. udah gitu rambut gondrongnya berdiri tegak saking marahnya.
"mampus gue! aduhhh...tugas gue!" Seby hanya bisa menatap miris tugasnya tanpa bisa berbuat banyak.
"Tenang dulu! sini sini," Rio menarik Seby menuju warung makan tempatnya minum es teh tadi.
"Elo duduk dulu disini. tunggu bentar! gue foto copy-n tugas elo. mana yang kudu di foto copy?" Rio mengulurkan tangannya. Seby yang syok, menatap Rio cengoh.
"Ye...malah bengong. mau gue foto copy-in gag?"
meski masih agak bingung, Seby menyerahkan tugas-tugas versi asli yang tadi jatoh ke selokan untuk di foto copy lagi. Rio berlalu, berjalan menuju toko sebelah. wajah Seby masih saja syok mengingat tugasnya di dalam selokan sana.

Tugas Seby mungkin bisa terselamatkan. tapi apa besok tugasnya akan selamat di tangan Bu Amri? belum lagi teman sekelompoknya yang galak abis. terus bisakah Seby memperjuangkan cintanya pada Rama? lalu bagaimana dengan uang kembalian milik Rio [ah ini mah buat gue aja]ohya, kita belum bahas tentang si jelita ya? kejutan itu masih akan tetap ada kok.
okelah kalo begitu, sampai bertemu di part 4...

Read more...

Followers

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP