Wednesday, April 21, 2010

BEAUTIFUL PART 7

Hari ini Rio absen mengantar jemput dirinya. Seby sih nggak keberatan, toh dia udah biasa pulang pergi sendiri. Baru beberapa hari nggak naik angkot, dia berasa udah lama banget nggak nungguin angkot di pinggir jalan kayak gini. Di kiri dan kanannya juga berdiri teman-teman satu sekolahnya yang juga nungguin angkot dan bus.
tumben banget angkotnya lama, sembari menunggu angkot, Seby jajan-jajan minuman dulu. maklum cuaca panas banget! tanpa sadar, dia udah minum banyak. Itu berakibat dengan kandung kemihnya. kalau kata Pak Tiro, kandung kemih akan penuh dan cairan di dalamnya mendesak ingin di keluarkan. Desakan itu di kirim ke otak dan munculah keinginan "pipis"
Pas banget angkot lewat di depan matanya, Seby malah kebelet pipis. dia bingung juga. apa dia langsung masuk angot aja tapi kan perjalanan masih jauh. apa dia kuat nahan pipis? atau malah ke sekolah dulu buat pipis, tapi kan dia udah nunggu angkot lama.
"AH, pipis dulu aja. daripada gue ngompol" diapun berlari terbirit menuju toilet. nggak peduli menyebrangi lapangan basket, ngerecokin para pemain basketnya. Di teriakin orang-orang yang kesenggol tasnya.

Seby pikir kelegaan orang-orang pas setelah pipis di tipi-tipi itu cuma bohongan. ternyata asli, nggak bohong. ini terjadi pada dirnya sekarang ini. bener-bener lega abis pipis. Seby ampe merem melek saking leganya.
Keluar kamar mandi, ia melewati begitu saja wastafel yang ada di depan toilet. disana ada tiga cewek yang lagi asik dandan. ketiganya melirik Seby sekilas lalu kembali sibuk dengan kegiatan mereka. Seby melenggang ringan keluar toilet.
Samar-samar di dengarnya suara dari arah belakang toilet.
FYI, di sebelah toilet ada lorong kecil yang nembus bagian belakang sekolah. Seby nggak pernah tau ada apa di bagian belakang sekolah karena dia sendiri nggak pernah kesana. liat lorongnya aja udah ogah, banyak pipa-pipa air dan AC. bikin suasana jadi agak berisik. tapi kali ini, suara yang di dengar Seby bukanlah suara air ataupun AC seperti biasanya. ini suara manusia. suara cewek dan cowok pula.
Seby menajamkan pendengarannya.

"Jadi maksud lo? gue..." itu suara cowok.
"Yel, udahlah. kenapa sih elo mau hubungan yang lebih? gue itu sayang sama elo. tapi ya itu tadi, cuma sayang sahabat. elo harus ngertiin gue" yang ini suara cewek.
Seby melangkahkan kakinya perlahan, memberanikan menyusuri lorong di samping toilet itu. suarapun makin jelas terdengar.

"Mel, gu-gue..." si cowok mati kata-kata.
Seby mencoba melongokkan kepalanya dari balik tembok. bisa ia lihat jelas wajah si cewek. dia adalah Melinda, anak IPA yang manis abis itu. tapi Seby tidak bisa melihat wajah si cowok. karena si cowok membelakanginya. kepala si cowok tertunduk. Melinda memandanginya dengan wajah iba.
"Iyel, sampai kapanpun elo akan tetap jadi sahabat gue. Dan nggak akan pernah berubah. sorry, gue nggak bisa nerima perasaan lebih lo itu"

Seby membulatkan matanya. Tunggu! apakah ini, apakah ia sedang menyaksikan adegan seorang cowok di tolak cintanya oleh si cewek? GOSH! hebat bener ini. Melinda nolak cowok. emang sih bukan berita heboh, tapi baru kali ini Seby menyaksikan langsung. biasanya kan dia cuma denger dari omongan teman-temannya doang.

Setelah mengucapkan kalimat tadi, Melinda melangkah pergi berlalu dari hadapan si cowok yang masih menundukkan kepalanya. Seby menahan napas. gawat! bisa kepergok si Melinda nih. Seby bersiap mengambil langkah seribu namun ow...ow...
"Ngapain lo disini?" tanyanya dengan tatapan tak suka. Seby menggigit bibirnya.
"Engg..." Ia menebar pandang berharap dapat alasan. Perhatian sang cowok teralihkan, ia membalikkan badannya ingin mengetahui mengapa Melinda berseru seperti tadi.
Seby melongo besar mengetahui siapa si cowok.
Nggak jauh beda dengan si Seby, si cowok juga sama syoknya. Meski sama-sama kaget, ekspresi mereka agak berbeda. kalau Seby melongo dengan mata melotot komplit dengan pikirannya yang nge-blank. kalau si cowok, kaget dengan gayanya yang cool dan pikirannya masih terisi.
Melinda menatap Seby tak senang, lalu pergi melewati Seby begitu saja. tinggalah Seby yang mati gaya ke-gap di samping tembok. si cowok menatap tajam Seby.
GLEK. mampus gue!
Seby tau banget cowok ini. Jangankan cowok ini, setiap orang yang moment di tolak cintanya lagi diintip tanpa izinpun pasti bakalan ngamuk. Berharap si cowok nggak ngamuk serem-serem, Sebypun memberanikan menatap si cowok.

AJAIB! si cowok cuma menatap Seby sebentar terus abis itu, jalan gitu aja melewati Seby. Loh? Seby menatap kepergian cowok itu dengan heran.
"Dia nggak marah?" gumamnya. Seby mikir lama, kenapa ya itu cowok nggak marah? kenapa juga Melinda nolak itu cowok? secara, seluruh isi Dinamika tau kalau mereka berdua itu akrab banget. dan WHAT? itu cowok suka sama Melinda? serius? Seby pikir, dia itu cuma cowok sok yang haha hihi doang tanpa kenal cewek. ternyata...
Seby tersadar sedang berada dimana dia. ia menatap berkeliling. dia masih di belakang gedung yang sepi dengan beberapa AC disana dan rumput--rumput gersang. Dan dia SEORANG DIRI.huaaa....
Secepat kilat, Seby berbalik dan pergi dari sana.
***

Seby duduk di jendela sore-sore begini sambil ngeliatin abang jualan es krim yang di kerubutin anak-anak kecil. Meski ia memperhatikan si abang, tapi pikirannya melayang jauh. Ozan yang baru pulang kuliah, timbul sifat jahilnya melihat sang adik lagi hinggap di jendela.
Dengan langkap pelan, ia menghampiri Seby. "DDUUUAAAAAHHH!!!" serunya sambil menepuk punggung Seby keras-keras. Seby hampir terjengkang jatuh dari jendela.
"OZAAAANNN!!!!! bego lo!" Seby menedang kakaknya.Ozan nyengir-nyengir hepi meski kena tendangan maut Seby.
"Lagian elo sore-sore begini ngelamun" Ozan mengikuti arah pandang Seby barusan. "Oh gue tau! elo naksir si abang-abang es krim itu ya? cie...prikitiw! gue bilangin ibu loh"
Seby kembali menendang kakaknya.
"Aduh, jadi cewek heboh banget sih lo! main nendang aja, kalau kena ini gue gimana. nggak bisa punya anak ntar gue"
"Biarin! abis elo songong banget. siapa yang naksir itu abang! elo kali, ngapain sih lo disini? udah sana, bau tau'! mandi gih" Seby mendorong-dorong kakaknya tuk menjauh. tapi Ozan tetap bertahan, ia tiduran di kasur empuk Seby.
"Kalau nggak naksir itu abang-abang, terus naksir sapa?"
Seby memalingkan wajahnya. entah mengapa, dalam hitungan detik, dalam kecepatan 1 detik per kilometer, ngalahin Valentino Rossi, wajah Rama langsung muncul di pikirannya.
"Tuhkan...muka lo merah. hayo, elo lagi naksir cowok ya? sapa emang? cowok yang dulu ke rumah itu ya?" Ozan bangkit berdiri dan mencubit pipi Seby.
"Ozan, sakit tau!" Seby menepis tangan kakaknya. "Nggak kok! gue nggak naksir Rio"
"Oh jadi namanya Rio" Ozan kembali rerebahan di kasur Seby. Seby mengangguk malas.
Ozan mengambil sebuah majalah dari atas meja kecil di samping kasur Seby. di bukanya majalah itu lembar per lembar. isinya cuma fashion doang dna iklan. ada beberapa tulisan dan berita, tapi beritanya nggak penting banget menurut Ozan.
Sembari kakaknya membuka-buka majalah, Seby kembali hanyut dalam pikirannya lagi.
Ozan mendongak menatap adiknya.

"Eh dia malah ngelamun lagi. kenapa sih lo? kesambet baru rasa lo!" Ozan mengibaskan majalan di depan wajah Seby. Seby terlonjak, tapi nggak mau nendang kakaknya lagi. ia memilih menghembuskan napas berat.
"Kenapa sih lo? aneh deh. PMS lo?"
Seby kembali menghembuskan napas berat.
"Jelita, elo tuh udah bau. Jadi nggak usah menghembuskan napas kenceng-kenceng gitu deh. tambah bau tau!"
Untuk ini, Seby nggak mikir dua kali lagi untuk menendang kakaknya.
"AW!!" Ozan mengelus-ngelus kakinya yang barusan di tendang Seby.
"Ati-ati kalau ngomongin PMS, cewek itu sensi banget kalau ngomongin PMS"
Ozan nggak peduli. Dia lebih peduli dengan nasib kakinya.
"Elo tuh kalau jadi cewek jangan galak-galak, ntar nggak ada yang naksir loh"
Seby terdiam. Lebih kearah terkejut dengan ucapan kakaknya.
"Emm...Zan, emang gue galak ya?" tanya Seby hati-hati. Ozan mendongakkan kepalanya, menatap adiknya bingung.
"Napa lo tiba-tiba nanya gitu? baru nyadar lo! elo tuh bukan cuma galak doang tapi jutek, lecek gitu mukanya. dandan dikit dong. kalau elo di kampus gue, elo dikira office girl tau!"
Seby sebenernya pengen banget nendang Ozan, ngelempar dia pakai pot bunga di samping jendelanya dan pengen nyubit Ozan ampe biru-biru, tapi semua itu cuma sebatas keinginan saja.
Ozan merasa bersalah karena asiknya jadi terdiam dengan wajah putus asa gara-gara ucapannya tadi. "heh, jangan diambil hati. gue cuma becanda kok! jelita, jangan nangis dong. ntar gue dimarahin ibu nih" Ozan bangkit berdiri dan menyenggol adiknya.

Seby menatap sungguh-sungguh kakaknya sebelumnya akhirnya ia berkata, "Ozan, gue kayaknya mau berubah deh"
Ozan balas menatap Seby dalam diam. Sesaat mereka saling pandang.
"Berubah? jadi baja hitam gitu maksudnya? jangan! baja hitam kan lalat. jijik tau!"
TOENG!
Seby memukul kepala Ozan.
"Aduh, elo tuh udah kuliah tapi nggak pinter-pinter ye! bukan itu maksud gue" Seby jadi gemas sendiri.
"Terus apaan? jadi jangan jadi baja deh. jadi emas hitam aja. eh, tapi emas mana ada yang item ya? emm" Ozan sibuk garuk-garuk kepala. Seby geleng-geleng kepala melihat kebodohan kakaknya.
"Udah deh, percuma ngomong ama elo. kagak nyambung! keluar gih sono dari kamar gue" dengan paksa Seby menggeret Ozan keluar dari kamarnya. ampe pake adegan melempar tas ranselnya Ozan tepat ke badannya segala.
diluar kamarnya, Seby mendengar samar-samar suara Ozan yang entah merintih atau bernyanyi "KEJAMMMM....OHHH KEJAMMM...KEJAAAMMM!!!!!"
***

Seby melempar senyum pada ibu-ibu yang barusan berpapasan dengannya. Udah lama banget dia nggak berangkat sepagi ini. biasanya kalau sama Rio, dia berangkat agak siangan karena kan nggak perlu nunggu angkot lagi. ini udah dua kalinya Seby pulang-pergi sekolah sendirian tanpa Rio. Seby sendiri nggak tau kenapa Rio nggak bisa main bareng dia lagi.

Seby melewati beberapa anak kampungnya yang lagi duduk-duduk di pangkalan ojek, yang rata-rata lebih tua dua tahun dari dirinya.
"Seb, kok baru keliatan sih?" seru sebuah suara, dari cowok yang pakai baju hitam lusuh.
"Masa? padahal gue belum kelar belajar menghilangkan diri loh dari Engkoh Ameh" celetuk Seby bercanada, merekapun terkikik geli.
""
"Ngelawak aja lo pagi-pagi. btw, kemaren kapan itu gue liat elo boncengan ama cowok. sapa tuh? cowok lo ya? kecil-kecil udah pacaran" kata yang berambut keriting.
"Auk nih! pantes aja abang lo uring-uringan mulu" cowok yang berbadan paling kecil sendiri menimpali. seby mengerutkan kening.
"Uring-uringan napa?"
"Ya dia uring-uringan karena elo udah punya pacar duluan. pan dia masih jomblo. kasian tuh abang lo. jangan di balap dong, ntar dia jadi bujang lapuk loh" terangnya lagi. Seby mengulum senyum tatkala terbayang wajah konyol kakaknya.
"Makanya elo cariin jodoh dong buat dia. udah ah gue sekolah dulu, telat nih gue kalau arisan mulu ama elo pada"
Masih sambil tertawa renyah mendengar usulan Seby, merekapun mengangguk.
"Ati-ati ya!"

Sebypun melangkahkan kaki melewati mereka siap menuju gang sempit yang di ujung gang itu dia masih melanjutkan jalan melewati bangunan tua tempat biasa ia bertemu dengan Rio.
Melewati bangunan tua itu, dia jadi keinget saat pertama kali bertemu Rio. kok bisa ya? dari banyak tempat di Jakarta, cuma tempat itu yang di jadikan Rio berteduh. dari sekian banyak orang di Jakarta, cuma mereka berdua yang berteduh disana.
Seby senyum-senyum sendiri mengingat kebetulan-kebetulan itu. Tapi nggak apa-apa, karena kebetulan itulah, Seby jadi bisa kenal sama cowok yang identik dengan jaket kulit, dan jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya. Bisa nebeng bareng, hemat ongkos, uang jajan jadi nambah, dan ada temen jalan. Jarang banget Seby jalan keluar sama temannya. paling pol juga nongkrong di pangkalan ojek sama orang-orang kampung tadi, atau mainan burung dara di lapangan tenis dekat jembatan sana bareng teman-teman kampungnya juga.
Pokoknya Rio membawakan angin segar bagi kehidupan pergaulannya lah. itulah mengapa Seby ingin memberikan kabar spesial pada Rio. Rio orang pertama yang akan di beritahukan bahwa dirinya ingin berubah.Itu cowok pasti bakalan kaget banget. Emm...mungkin orang kedua kali ya, karena sebelumnya dia sudah memberitahukannya pada Ozan. ah tapi nggak juga, Ozan nggak masuk hitungan. tetep Rio menjadi orang pertama yang akan di beritahukannya.

Setelah naik angkot, berkelok-kelok menelusuri jalanan Jakarta, macet-macetan, bejubel dengan penumpang lain ampe sempet nyium tas belanjaan ibu-ibu yang isinya terasi dan ikan asin, akhirnya Seby nyampe di sekolah.
Dari rumah dia masih kinclong, begitu sampai sekolah, keringat sudah membasahi poninya, bajunya udah agak lecek, tapi nggak apa-apa. toh nggak ada yang merhatiin.
Dengan cueknya, Seby melangkahkan kaki memasuki sekolah besar itu. sambil bersenandung kecil, ia memandang ke sekeliling sekolahnya.
JEP!
senandung kecil Seby yang agak sumbang mendadak berhenti setelah matanya beradu pandang dengan mata itu. Langkah ringan kaki Sebypun mendadak jadi seberat besi berton-ton dan akhirnya ia malah membatu di tempat. Orang itu juga tak jauh berbeda dengan Seby. keduanya sama-sama mematung di ujung koridor. Jarak mereka jauh, bagai Timur dengan Barat namun tatapan mata mereka serasa dekat sampai Seby bisa merasakan tatapan mata orang itu menusuk tepat di jantungnya.
GLEK!
Orang itupun berhasil mengendalikan dirinya. ia mengalihkan tatapan tajamnya dan melenggang menjauhi Seby. Seby menelan ludahnya lambat-lambat. Ini awal pertama kalinya ia bertemu orang itu setelah insiden kepergok di belakang sekolah kemarin. Dan ini kedua kalinya orang itu tetap diam menatap Seby tanpa kata-kata atau amarah yang keluar. Inipun menjadi keiga kalinya Seby berfikir kenapa itu orang nggak marah dengan dirinya padahal privasinya udah diintip tanpa izin.
"Seby, dia itu nggak marah, jadi tenang aja! nggak usha merasa bersalah gitu" katanya memberi kekuatan bagi dirinya sendiri dan iapun kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
***

Seby nggak nyangka kalau siang ini Rio nongol di depan sekolahnya. dengan motor yang sama, jaket kulit yangs ama dan jam tangan yang sama. Tanpa Rio membuka helm full face-nya, bagi Seby mudah sekali mengenali Rio. dari jauh aja udah bisa keliatan kalau dia itu Rio. sapa sih yang nggak kenal motor berisiknya Rio. biarpun berisik gitu, berguna tuh buat anter jemput Seby hehe...
"Loh, ngapain lo di sekolah gue?" tanya Seby heran.
"Jadi gue udah nggak di butuhin lagi nih?"
Seby tertawa pelan. "Bukan gitu. aneh aja! gue kira elo sibuk ama kerjaan elo, kok tau-tau nongol disini"
Rio berdecak lalu menyerahkan helm pada Seby.
"Gue lagi kosong nih. emang sih tadi pagi kerjaan gue bejibun, jadi kagak bisa nganter elo" Rio mulai menstater motornya setelah Seby sudah naik di jok belakang.
"Sibuk amat sih lo! emang kerja apaan sih lo?" tanya Seby penasaran.
Rio melajukan motornya perlahan melewati sekumpulan anak murid Dinamika yang lagi nongkrong di pinggir jalan.
"Kerjaan tuk mengejar cita-cita"
Seby terbahak mendengar jawaban Rio. "Bahasa elo kok tua banget sih!"
Rio tak menimpalinya, ia tetap berkonsentrasi menjalankan motornya.
"Emang apa cita-cita elo?" tanya Seby penasaran.
"Jadi arsitek"
Seby terdiam sesaat sebelum akhirnya ia mengomentarinya "Kayak gue masih kecil aja. dulu gue pengen jadi dokter, terus arsitek, terus polwan"
"Ya wujudin dong! jangan cuma cita-cita doang. kalau punya cita-cita ya kudu di wjudin" jawab Rio menoleh sesekali ke belakang.
"Gue juga tau diri kali. nggak mungkinlah! lagian itu kan cuma cita-cita anak TK, standar"
Rio manggut-manggut. "Seb, elo tuh masih muda tau. meski ini nasihat basi banget tapi bener deh, raihlah cita-cita lo setinggi langit. mumpung ada yang ngedukung elo"
"Elo apaan sih! omongan lo kok makin nggak jelas aja. gue masih SMA, cita-cita aja gue belum jelas mau jadi apa"
"Gimana sih lo! justru masih SMA tuh cita-cita kudu udah di pikirkan. mulai nyicil buat ngeraihnya" Rio berbelok di ujung jalan.
"Iya-iya, Pak! udah ah, bahas yang lain aja. btw, gue udah mateng untuk berubah mulai sekarang ini" beritahu Seby tepat di telinga Rio.
"Berubah? gimana tuh?" Rio menurunkan kecepatannya karena di depannya ada mobil yang lagi keluar dari parkiran bank swasta.
"Gue pengen berubah dari Seby yang sekarang. ya...kayak Sheila gitulah, biar gue bisa deket sama Rama"
CIIITTT!!!!
hampir aja Rio dan Seby nubruk itu mobil yang lagi mundur kalau nggak Rio cepet-cepet ngerem mendadak.
"Rio, pelan-pelan napa! itu mobil orang ntar lecet" Seby memukul Rio. dirinya sudah si pelototin sama satpam yang lagi bertugas memberi arahan pada si mobil.
Rio sementara tak menjawab omelan Seby,ia sibuk menggerakan setir, manrik gas dan menginjak rem untuk tidak beradu dengan mobil. barulah pas itu mobil pergi, Rio sudah melaju dengan kecepatan sedang, ia menimpali Seby "Elo sih bikin gue kaget. hampir aja nabrak kan tadi"
"Ye nyalahin gue! elo aja yang bawa motor nggak bener. SIM elo nembak ya"
"Enak aja lo! gini-gini gue selalu mengikuti peraturan yang berlaku tau. btw, kenapa lo mau berubah? sok-sokan aja sih lo, udah deh nggak usah mikir yang nggak-nggak, belajar yang bener, raih cita-cita elo"
Seby manyun "Ah...elo mah gitu banget. ini mungkin cita-cita gue dan gue akan meraihnya"
"Dasar Pe'a! masa cita-cita begituan? nggak bergengsi banget sih lo. hidup lo cetek banget"
Seby memukul helm Rio. "Biarin! daripada nggak punya cita-cita"
Riopun terdiam tak menimpali lagi.

Bisakah Seby mencapai tujuannya untuk berubah menjadi Seby yang berbeda? terus gimana nasib Seby dengan si cowok yang mergokin dirinya ngintip adegan si cowok di tolak si cewek? siapa sih cowok ini?? terus gimana tuh sama Jelita? baca aja di part selanjutnya dan selanjutnya, temukan jawabannya disana

3 comments:

Anonymous,  April 30, 2010 at 9:30 AM  

bgus sal critana, lanjutkan!
sdikit kritik(tp mngkin g0ro"aq g sbar) terlalu b'tele" sal.. jelita g jelas" cow yg dt0lak jg g dijelasin"
trus rio? dah sring n0ng0l tp biodata g da..

Sabrina April 30, 2010 at 9:36 AM  

iyo sih Sri...emang sengaja aku ulur2.,
soalnya ntar jawabannya ada di bab terakhir. sekarang aku cuma mau buat pmbaca nebak2 dulu aja.
klo aku ungkap sekarang, brarti udah mau abis ceritanya

Anonymous,  May 22, 2010 at 3:34 PM  

Lanjutkan shally!!
Dah g sabar nie,,

Followers

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP