Saturday, April 17, 2010

BEAUTIFUL PART 3

Seby menelan ludah memandang ngeri raut wajah orang di hadapannya.

"ELO GIMANA SIH? ITU TUGAS KAN UDAH CAPEK-CAPEK KITA KERJAIN. BESOK UDAH DI KUMPULIN TAU!" cowok dengan rambut agak gondrong itu mengomel begitu mendengar berita yang dibawa Seby.
"Iya, gue juga tau kok besok udah di kumpulin. ta-"
"Nah kalau udah tau kenapa elo basahin?" potong cowok itu langsung. Seby mundur kebelakang sedikit karena kaget.
"Nggak gue basahin. kan udah gue bilang kalau kehu-"
"Tapi elo kan bisa berteduh dulu biar tugas kita gag basah. emang elo aja yang nggak becus bawa tugas. tau gitu gue yang bawa"
"Lha kan dulu gue udah ngusulin gitu. tapi elo bilang, ntar elo takut lupa bawa makanya elo nyuruh gue yang bawa" jawab Seby polos. cowok itu menggeram sebal.

"Pokoknya gue nggak mau tau! gimanapun besok itu tugas udah kudu selesai. dan elo cantumin nama gue sebagai pembuat juga di dalamnya"
Seby meremas roknya pelan.
"Eng....ok-oke deh"
cowok agak gondrong itupun berlalu. Seby menghembuskan napas lega. Dengan langkah berat ia masuk kedalam kelasnya.

Dengan sisa sisa semangat abis dimarahin teman satu kelompoknya, iapun membuka buku tebal dan mulai membacanya pelan-pelan. Waktu istirahat yang seluruh murid di kelasnya pada makan enak di kantin, kini hanya tersisah dirinya dengan kumpulan buku dan kertas-kertas.
"Ya Tuhan bantulah hambaMu ini!" ia pun mulai menulis.
satu kalimat, dua kalimat, satu paragraf, dua paragraf, satu lembar, dua lembar...

Seby merentangkan lengannya. tepat saat itu, bel tanda masuk kelas berbunyi. Seby memandang keluar jendela yang dimana murid-murid pada berjalan pelan menuju kelas masing-masing. dari banyak siswa, tatapan mata Seby jatuh pada satu sosok yang sudah seminggu, eh salah sebulan mungkin, atau setahun ya? pokoknya sudah beberapa lama ini menghantuinya.

Dada Seby berdebar saat melihat sosok itu tersenyum. Meski bukan tersenyum kearahnya, itu cukup membuat Seby berkeringat dingin. meski tidak melambai padanya, melainkan pada Sheila, teman sekelasnya yang juga cantik abis, tapi cukup membuat jantung Seby berdekup rasanya mau meledak. meski bukan bercanda gurau dengannya, tapi malah sama teman-teman se-genk nya yang juga cakep-cakep, tapi itu cukup membuat Seby panas dingin.

"Heh," sebuah gebrakan di meja mengagetkan Seby dan dengan singkat pandangannya beralih dari sosok tampan itu.
"Gimana tugasnya? tadi Bu Amri udah nanyain" kata cowok yang agak gondrong itu. pengen banget Seby narik poninya yang panjangnya ampe alis itu. KAGAK SABARAN AMAT SIH!
"Lagi on the way kok"
"Makanya naik pesawat biar nggak on the way mulu" katanya ketus lalu beranjak menuju mejanya sendiri. Seby mendengus sebal.Terbesit pertanyaan mengapa dia harus satu kelompok dengan cowok menyebalkan itu. cuma menang gaya doang! tapi otak kosong. kayak Rama dong. udah ganteng, jago ngedrumm,pinter kimia, baik, ngajinya juga oke. Gara-gara melihat sosok Rama tadi, sepanjang pelajaran Seby terus terusan mikirin Rama.

"Seandainya gue cakep, tajir, seksi kayak Sheila. pasti gue bisa deket ama Rama" Seby mendesah melas. "Jangankan itu! sapa sih yang kenal gue? seluruh isi Dinamika nggak akan tau gue murid sini kalau gue nggak pakai seragam ini"
***

Siang ini tak seperti kemarin. berbeda 180 derajat. tak ada lagi hujan deras, tak ada lagi geledek yang memekakkan telinga. yang ada hanya teriknya mentari dan panasnya hawa. Rio tak henti-hentinya mesen es teh dari penjual pinggir jalan. sarung tangan yang dipakainya menolong banget. kalau nggak, dia bisa gosong.Belum lagi asap knalpot Jakarta. wah, hebat deh! karena capek setelah keliling Jakarta seharian, ia memutuskan berhenti di salah satu warung tenda untuk sekedar minum es teh. sejauh ini udah tiga botol.
"Bang, satu lagi ya!" katanya setelah botol ketiga habis. Dengan sigap dan tak mempedulikan rasa heran, si Abang mengambilkan satu botol lagi. dalam satu sedotan, itu teh udah berpindah ke dalam perut Rio.

Pas lagi asik-asiknya ngaso, sekilas Rio melihat sosok yang di kenalnya sedang berdiri di toko sebelah. tepatnya toko foto copy-an. segera saja Rio berdiri dan keluar warung untuk menghampiri sosok itu.

"Hoy, Mak! kok ada disini sih?" serunya sambil menepuk punggung orang itu.
Orang itu terperangah kaget.
"Elo? lagi? ngapain lo disini? ngikutin gue ya?" rentet orang itu.
"Ye...ngapain gue ngikutin elo. ntar gue ikutan di tuduh ngerubuhin pintu rumah orang lagi"
orang yang ternyata Seby itu raut wajahnya berubah jadi kaget campur takut. ia menatap tajam Rio.
"Jangan ember ya jadi orang. lagian kan itu rumah nggak ada yang punya" Seby tetap membela diri.
"Oke...oke...gue bakal tutup mulut. tapi ada bayaran tutup mulutnya.gimana?"
Seby menatap Rio yang senyum-senyum sambil memainkan kedua alisnya.
"Cih...elo tuh ya! bakat banget jadi pemeras. udah ngabisin pulsa gue masih aja minta imbalan ke gue. siapa sih lo? gue laporin kantip loh"
"Elo kira gue banci. pake kantip segala. jadi gimana? gue saksi yang hidup loh. lagian gampang kok nemuin kantor RT atau mau ke kelurahan aja?"
Seby langsung membulatkan matanya. "Jangan! oke deh. ntar gue kasih imbalannya. tapi jangan berat-berat ya"
Rio tersenyum menang."Gitu dong! ntar deh gue pikirin dulu imbalannya apa. btw, ngapain lo disini? pulang sekolah bukannya pulang malah ngelayap"
"Ngelayap? sapa yang neglayap. ini nih gara-gara ujan kemaren, tugas gue ancur semua. untuk mengantisipasinya, gue foto copy perbanyak aja. pinter kan gue!" Seby tersenyum bangga.
"Tetep aja kayak emak-emak. gue kira elo tadi emak-emak. untung elo pak-"
"Pake seragam! udah deh sono lo! ganggu ketenangan hidup gue aja" Seby beranjak mendorong pintu toko foto copy. Rio tersenyum geli.

"Bang, semuanya berapa?" tanya Rio. si abang ngitung-ngitung dengan kesepuluh jarinya. dengan sabar, ia menanti abangnaya selesai ngitung dan memberinya duit kembalian. saking sabarnya, ia sudah melihat Seby keluar dari foto copy-an dan berjalan menyusuri trotoar, berjalan menjauhi dirinya. mungkin itu adalah jalan pulang, pikir Rio. tatapan Rio mengikuti tiap langkah Seby. udah kayak orang dikejar tuyul pake baju badut, itu cewek SMA berjalan dengan langkah panjang-panjang.
"Jangan-jangan dia cewek jadi-jadian" gumamnya heran melihat cara berjalan Seby yang nggak ada anggun-anggunnya sama sekali.

Beberapa kertas di tangan Seby, yang hendak dimasukannya kedalam tas, tiba-tiba pengen terbang dari genggamannya. dengan sigap Seby mengulurkan tangannya, jangan sampai itu kertas terbang di tiup angin dan jatoh di selokan atau di jilat anjing. Karena Seby terlalu panjang mengulurkan tangannya, badannya jadi mencondong ke kanan, sebuah bajaj yang ngebut ngejar setoran, nggak sengaja nyium lengan Seby.

Bukannya ngedapetin kertasnya, dia malah berputar-putar akibat kesenggol bajaj. udah muter-muter, jatoh pula, dan beberapa lembar kertas ditangannya berhamburan terbang. Sebagian jatoh di kepala, sebagian jatoh kedalam bajaj yang langsung ngacir gitu aja, sebagian lagi berakhir di selokan. ada yang nyangkut di daun-daun tajam.
"AW!!"

Rio yang menyaksikan dari jauh, langsung bangkit berdiri dan berlari menghampiri Seby. si abang tukang jualan teriak-teriak manggilin Rio lantaran uang kembaliannya belum disambut Rio.

"Seby, elo mabok ya? jalan bisa jatoh gitu" Rio menyambut lengan Seby tuk membantunya berdiri. "Anak SMA udah mabok. mau jadi apa lo ntar gede? kan kemaren udah gue bilang kalau anak SMA itu belajar yang rajin, dengerin penjelasan guru, patuh sama nas-"
"GELO! gue itu di serempet bajaj! bukannya jatoh. otak gue juga masih lengkap. kiri dan kanan, masa iya gue jatoh sendiri. ADOOOOWWWWW!!!!"

Seby berteriak kesakitan saat tangannya yang luka di pegang Rio. Rio ampe kaget denger teriakannya.
"Sorry...sorry...gue nggak tau kalau itu sakit. elo kagak apa-apa? nggak elit banget sih jatoh keserempet bajaj"
"Masih mending di serempet bajaj. coba kalau mobil" Seby meniup-niup lukanya.
"Kalau mobilnya ambulance kan sekalian"
Seby menendang Rio. "Maksud lo???!!!"
Rio meringis kesakitan.

"Udah deh, elo gue anterin pulang aja. daripada elo keserempet lagi" kata Rio berbaik hati.
"Ogah ah! iya kalau elo orang baik-baik. lagian gue bisa kok pulang sendiri. kalau gue keserempet lagi, gue bales serempet itu orang yang nyerempet gue" jawab Seby sambil memunguti kertas-kertas tugasnya.
"Yaudah kalau gag ma-"
"HUAAAA!!!!! TUGAS GUEEEEEE!!!!!" seru Seby histeris membuat beberapa mata orang yang lewat pada melotot kaget. orang yang naik motor, yang cuma lewat mak-wes aja ampe noleh, sopir angkot juga langsung tancap gas, nggak jadi berhenti menawarkan angkotnya pada Seby. kaki Rio ampir masuk got saking kagetnya.
"Astaga ini anak! elo tuh bisa bikin gue jantungan tau. gue kira apaan" Rio ikutan menatap kedalam selokan.

Wajah Seby syok berat. terbayang-bayang wajah teman sekelompoknya yang lagi marah-marah. udah gitu rambut gondrongnya berdiri tegak saking marahnya.
"mampus gue! aduhhh...tugas gue!" Seby hanya bisa menatap miris tugasnya tanpa bisa berbuat banyak.
"Tenang dulu! sini sini," Rio menarik Seby menuju warung makan tempatnya minum es teh tadi.
"Elo duduk dulu disini. tunggu bentar! gue foto copy-n tugas elo. mana yang kudu di foto copy?" Rio mengulurkan tangannya. Seby yang syok, menatap Rio cengoh.
"Ye...malah bengong. mau gue foto copy-in gag?"
meski masih agak bingung, Seby menyerahkan tugas-tugas versi asli yang tadi jatoh ke selokan untuk di foto copy lagi. Rio berlalu, berjalan menuju toko sebelah. wajah Seby masih saja syok mengingat tugasnya di dalam selokan sana.

Tugas Seby mungkin bisa terselamatkan. tapi apa besok tugasnya akan selamat di tangan Bu Amri? belum lagi teman sekelompoknya yang galak abis. terus bisakah Seby memperjuangkan cintanya pada Rama? lalu bagaimana dengan uang kembalian milik Rio [ah ini mah buat gue aja]ohya, kita belum bahas tentang si jelita ya? kejutan itu masih akan tetap ada kok.
okelah kalo begitu, sampai bertemu di part 4...

0 comments:

Followers

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP