BEAUTIFUL
Gadis itu mengangkat sedikit tas slempangannya. "Aduh, mana tas berat banget! jadi susah deh jalannya," gerutunya menyebrangi gerbang sekolah. Sebuah mobil mewah melintas di sampingnya, begitu juga beberapa motor. Mereka semua adalah teman sekolahnya. Dengan sangat jelas, gadis itu mengenalinya. tapi tak satupun dari mereka menyapa sang gadis.
"Kalau mau ujan gini, pasti orang-orang pada ngawur deh jalannya. wah, siap-siap macet nih di jalan," gumamnya lagi melihat teman-temannya pada sembrono membawa mobil.
Baru sebentar ia berdiri di pinggir jalan, dekat halte bus, sebuah angkot sudah menepi. dengan cekatan, ia naik. jam segini angkot emang penuh dengan anak sekolah. Gadis itu mengenali beberapa seragam sekolah yang di apkai oleh penumpang angkot. Dari banyaknya penumpang, tak hanya dirinya saja yang memakai seragam SMA Dinamika. ada tiga orang perempuan yang gadis itu kenal sebagai kakak kelasnya. Gadis itu melirik sekilas dan melemparkan senyuman tipis. tapi ketiga kakak kelas itu pura-pura tak melihat dan lanjut mengobrol.
Gadis itu membuka tasnya. di lihatnya beberapa lembar kertas di dalam tasnya. "Ehm...semua tugas ada di tas nih. Kalau nanti ujan, bisa habis nih tugas," batinnya memandang kertas-kertas itu prihatin.
"Kiri, Bang!" seru si gadis pelan saat angkot melewati lampu merah. Sang angkot berhenti tepat di perempatan besar. Sebelum turun, gadis itu tersenyum sekilas pada ketiga kakak kelasnya meski kakak-kakak kelasnya pura-pura nggak liat.
"Makasih ya, Bang!" katanya setelah membayar ongkos.
Dengan langkah tergesah, ia menyebrangi perempatan besar itu. Hampir saja ia terlambar. Pas banget ia sudah menyebrang dan sampai trotoar, lampu berubah menjadi hijau dan banyak kendaraan melaju.
Ia masih harus berjalan jauh untuk sampai rumahnya. di sepanjang trotoar, ia berdoa semoga hujan tidak turun sebelum ia sampai di rumah. Tapi baru saja ia mendongak kelangit, hujan rintik mulai turun.
"Hujan! Gawatt!!!!" iapun makin mempercepat langkahnya.
Sial sepertinay dirinya hari ini, karena baru me;ewati beberapa meter, hujan sudah berubah deras. Geledek menyambar kencang. ia pun mendekap tasnya erat-erat. Dalam pikirannya berputar-putar kertas tugas yang berlembar-lembar itu. Ia ingin sekali berteduh tapi di sepanjang jalan tidak ada pohon maupun bangunan yang bisa di pakai untuk berteduh. hanya ada trotoar saja. Dengan berlari kencang, ia berlari menyusuri trotoar. Ternyata ia tak sendirian, ada beberapa orang juga yang senasib dengan dirinya.
"Pake lupa bawa payung segala!"
Ia berbelok, meninggalkan jalan raya yang bertrotoar itu. Setelah berbelok, ia masih bisa di selamatkan oleh bangunan tua yang berdiri kokoh disana. Meski bangunan itu kosong, cat sudah berkelupas di sana sini, dan gentengnya juga udah ada yang pecah, tapi pagar bangunan itu udah bobrok dan rumputnya tidak terlalu tinggi. Ini karena ada beberapa warga yang membawa kambingnya untuk memakan rumput-rumput itu. Agak kaget juga di kota gede ini masih ada kambing. tapi emang bener ada kok.
Berbeda dengan tadi, kali ini tak ada orang yang menemaninya. Dimana orang-orang yang senasib dengannya tadi? yang lari-larian menyusuri trotoar?
Hal pertama yang ia lihat setelah ia mendapat tempat berteduh adalah isi tasnya. Apa kertas-kertas tugasnya sedang dalam keadaan aman?
"Yah...udah gue duga pasti gag bakal selamat. kudu ngerjain lagi nih"
Sebuah motor cowok tiba-tiba menepi. Sang pengendara yang mengenakan jaket kulit coklat dan sarung tangan hitam itu mematikan motornya dan ikutan berteduh di samping sang gadis. Gadis itu tidak bisa melihat wajah sang pengendara lantaran helm full facenya yang masih di pakai.
Tapi setelah pengendara itu membuka helmnya, ia bisa melihat wajah pengendara itu yang ternyata cakep. Gadis itu tersenyum, pengendara itu membalas senyum.
Diam-diam gadis itu memoerhatikan sang pengendara. Jaketnya sudah basah kuyup, begitu juga rambutnya. Pengendara itu melepas sarung tangannya dan memerasnya. Gadis itu membulatkan mulutnya.
"Dari Sudirman kehujanan nih," katanya tanpa di tanya. Gadis itu tersenyum menjawabnya.
"Ohya, disini ada yang jualan pulsa nggak ya? atau Mbak jualan pulsa?"
Gadis itu mengerutkan kening bingung.
Loh ada apa ini? kenapa tiba-tiba si pengendara motor itu menanyakan pulsa? lalu bagaimana kelanjutan nasib tugas-tugasnya? sebenernya siapa sih si gadis itu? kenapa ketiga kakak kelas di angkot itu cuek aja sama si gadis?
Mau tau kelanjutannya? tunggu aja Part kedua nya. . .
0 comments:
Post a Comment