Friday, April 16, 2010

BEAUTIFUL PART....

Maaf para pembaca tercinta, sebelum kita memasuki gerbang BEAUTIFUL PART 3, kita harus melewati perbatasan dulu. mari kita simak PART kedua dulu yang masih berlanjut...

Gluduk kenceng tiba-tiba menyambar, membuat Seby terlonjak mundur.
BRAKKK...
Saking kagetnya, Seby menabrak pintu kayu yang sudah rapuh itu. Jatuhnya pintu, membuat bukan Seby doang yang kaget, tapi juga Rio. keduanya menoleh kebelakang, menyaksikan pintu malang itu tumbang dengan slow motion.

Mulut Seby membulat, sama bulatnya dengan kedua matanya.
Rio terbelalak dengan kedua alis naik keatas.

"Widiihhh....perkasa juga ya lo! pintu ampe ambruk gitu cuma elo senggol doang," gumam Rio lirih. Seby menelan ludah.

Untuk beberapa saat keduanya mematung memandangi pintu yang udah roboh itu dengan serpihan-serpihan kayu di sekitarnya. Seby mendongakkan kepalanya, di hadapannya terbentang ruangan luas yang gelap dan kosong. Ini toh isinya bangunan tua yang selama ini ia lewati tiap pulang sekolah?

"Glek," Seby kembali menatap pintu malang itu.
"Mending elo lapor RT terdekat deh," usul Rio membuat Seby melirik tajam. "Eit, kenapa ngelirik gue gitu? ya elo emang harus lapor sama RT, ini kan bangunan di daerah sini. kudu tanggung jawab lo! udah ngerusakin rumah orang"
"Ini tuh rumah kosong tauk!" cibir Seby sebal.

Seby memandang hujan di hadapannya. meski masih deras, geledeknya udah nggak seserem tadi. "Ah, gue nekat pulang aja kali ya! toh tugas gue udah basah ini. daripada gue disini, di recokin ama cowok rese ini"

Baru saja Seby siap beranjak pergi, Rio berseru "HEH, mau kemana lo?"
Seby menghentikan langkahnya. "Pulanglah!"
"Pulang? enak banget lo! tanggung jawab nih pintu. nanti di kira orang-orang, gue yang ngerusakin lagi,"
Seby mengerutkan alisnya. Ini kan bangunan kosong, buat apa dia tanggung jawab? lagian mau tanggung jawab sama sapa? nggak ada pemiliknya!
"Auk ah! nggak ada yang punya tau! jadi nggak bakal ada yang marah," jawab Seby cuek dan siap melangkah. Rio segera menarik tangan Seby.
"Nggak bisa! biar gimanapun ini tuh sebauh bangunan yang udah di bangun sama orang dengan sepenuh harapan dan kerja keras. tanggung jawab dong! gue laporin nih sama orang sekampung"

Seby terkejut. "Bener-bener edan nih cowok!" batinnya.

"Gini aja deh, terserah elo mau ngapain tapi gue mau balik. badan gue udah basah semua. Dingin! tugas sekolah gue juga banyak. besok gue kudu masuk pagi-pagi. Kalau gue kudu tanggung jawab, gue pasti akan lakuin tapi ke siapa? kasih tau gue kalau elo tau"

Rio terdiam dengan mimik sedang berpikir. "Iya juga ya. Tanggung jawab ke sapa ya?" gumamnya. Seby menghembuskan napas. Sabar...Sabar...

"Yaudah deh elo pulang sono. Belajar yang bener! jangan pacaran mulu, dengerin kata guru sama orang tua. Jangan malu-maluin bangsa ini. Jangan ikut-ikutan orang atas sono yang pada korupsi, tukang boong dan tukang palak. Jadi cewek jangan gampangan. Apalagi el-"

"oke! makasih atas nasehatnya!" potong Seby langsung. ia pun segera berlari menembus hujan sambil memeluk tasnya erat-erat. Sekilas Rio tersenyum memperhatikannya.

Rio mengeluarkan sebuah benda dari balik saku celananya. HP keluaran terbaru itu sedikit basah namun masih bisa berfungsi dengan baik. Di tekannya sebuah nomer.
"Bar, tolong sms-in nomer yang tadi dong. Cepet ya! mungkin setengah jam lagi gue sampai sana. oke! thanks anyway,"

Rio menatap pintu di belakangnya yang sudah rubuh dengan tatapan penuh maksud.
"Seby ya?" gumamnya mengetuk-ngetuk LCD hpnya. beberapa detik kemudian, sebuah sms masuk menampilkan deretan angka yang mampu membuat Rio tersenyum lebar.

Huweeeiiitttt.....ada apa dengan RIO? kok dia senyum-senyum nggak jelas gitu ya? tunggu di part 3 aja ya...karena saya mau bercerita sebentar tentang seseorang yang di panggil Jelita.

Jelita menghempaskan badannya diatas tempat tidur berukuran sedang itu. I memejamkan matanya sejenak. Suara samar-samar hujan di luar menelisik masuk ke telinganya. Ia melirik tumpukan buku di atas meja belajar yang berdiri tepat di samping kasurnya. melihat tumpukan buku itu, segera membuatnya untuk menghubungi sseorang. Tapi baru saja ia ingin menelpon, seorang cowok sudah masuk menerjang kamarnya.

"JELITA!!!!! baru pulang lo?" serunya memekakkan telinga. Jelita terlonjak bangun.
"Dasar toa lo! apaan?" Jelita melemparkan sebuah bantal kecil kearah cowok yang memiliki warna mata yang sama dengannya.

"Bantuin gue ngerjain matematika dong!" cowok itu mengambil duduk di kasur Jelita dan dalam hitungan detik, kasur itu sudah di monopoli olehnya.
"Bantuin? bilang aja elo nyuruh gue ngerjain tugas elo,"
cowok itu meringis. "Yap! tolong ya! ntar gue kas-"
"Nggak usah janji-janji deh! udah mana PR lo?" Jelita menyodorkan tangannya. cowok itu bangkit dan langsung menarik Jelita dalam pelukannya.
"YA AMPUN JELITAAAA!!!! ELO EMANG ADIK TERBAIK GUE!!!" dengan semangatnya, cowok itu memeluk Jelita dan menggoyang-gooyangkan ke kanan ke kiri.
"OZAN, GUE BISA MATI NIHH!!!!" seru Jelita memukul-mukul lengan kakaknya yang kerempeng.
Ozan-pun melepas pelukannya dan ia beranjak berdiri.

"Ohya, elo tadi disuruh ibu buang sampah tuh, abis itu suruh beli tepung di warung depan!" katanya lalu beranjak pergi.
Seby menghembuskan napas berat. "Hidup gue kok cuma di suruh-suruh mulu sih!!" gerutunya sambil beranjak berdiri dan berjalan malas keluar kamar.

Udah hujan, masih aja disuruh ke warung depan. Seby berjalan serampangan di bawah payung kembang-kembang milik neneknya.Begitu sampai warung, ia segera membeli apa yang di pesan Ibunya. ternyata Bira bohong. Katanya suruh beliin tepung doang, Tapi ini dari segala jenis bumbu dapur di suruh beliin semua. ampe Seby kerepotan bawanya. Abang-abang tukang bangunan yang lagi nongkrong di dalam bangunan yang baru setengah jadi, ampe keheranan dan ngedoain supaya belanjaannya nggak jatoh semua.
"Neng, abang doain semoga belanjaannya selamat ampe tujuan ya!" serunya dari dalam bangunan. Seby manyun sebal.

Begitu sampai pagar rumahnya, seorang cewek seumuran dengannya yang tinggal di depan rumahnya, berseru menyapa. "Wah, ngeborong nih!"
Jelita hanya tersenyum tipis.

Ibunya sudah menanti di teras depan, ikutan nimbrung menjawab sapaan cewek depan rumah itu. "Iya nih, dek Dhea. Kan jarang banget anak cewek satu ini di suruh. sekali-sekali cewek harus mau di suruh belanja. kamu lagi apa? hari ini nyoba masak apa lagi nih? Tante boleh nggak nyicipin?"

Seby dengan muka di tekuk masuk kedalam rumah tak mempedulikan obrolan antar tetangga itu.

Beberapa saat kemudian, Ibunya masuk kedalam dapur menghampiri Jelita.
"Tuh, tadi Dhea cerita baru masak Se...se apa gitu. nama masakan Eropa. pinter lo! mbok kamu itu belajar sama dia. cewek-cewek harus bisa masak. ini boro-boro bisa masak, suruh belanja aja ogah,"
Seby makin menekuk wajahnya.

Sambil mengeluarkan semua bahan yang baru saja ia beli, di pikirannya melayang-layang adegan saat ia sedang berkutat dengan alat penggorengan dan teman-temannya. Dengan gaya ala chef farah Queen, Jelita menggoyang-goyangkan penggorengan isi cah kangkung. Jengkol segede-gede batu, berterbangan lincah dan bercampur bersama kangkung saat ia menggoyangkan penggorengannya. Dhea mah kalah jauh!

"Heh, ngelamun aja! udah gih sana nyapu dulu," Ibu menepuk bahu Jelita. Kalau ada termometer mood, saat ini termometer Jelita yang tadinya diatas, mendadak langsung turun ke bawah.

Gimana? udah baca kan tadi sekilas tentang Jelita? mau tau lebih lengkap lagi tentang Jelita? lagian apa sih hubunganya Jelita dengan kisah sebelumnya, yaitu kisahnya Rio dan Seby? terus ada apa dibalik senyuman Rio? terus...terus...
Daripada bertanya-tanya, tunggu saja di part 3. akan ada kejutannnn....^^


0 comments:

Followers

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP