Saturday, April 17, 2010

BEAUTIFUL PART 4

Seby masih nggak percaya kalau dia bisa sampai rumah dengan selamat. Bukan karena apa-apa, tapi karena Rio yang nganterin. Dia kira, Rio bakal membawanya membelok sebelum sampai gang rumahnya. dia kira Rio bakalan memberhentikannya di depan rumah pak RT dan melaporkannya sebagai terdakwa perusak bangunan kota. atau yang lebih parahnya, Rio bakal malakin pulsanya lagi dan kali ini lebih banyak. tapi ternyata tidak! terbukti sekarang ia berdiri dengan selamat sentosa tanpa ada kekurangan apapun, di depan rumahnya yang sederhana.

Mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya, Ibu Ira dan seorang anak laki-lakinya mengintip bebarengan dari balik tembok.
"itu Seby sama siapa ya?" tanya sang ibu. Sang anak mendelikan bahu masih terus menatap tajam kearah cowok itu.

Begitu Rio membuka helmnya, sang anak terperangan. "Gile! cakep bener!" gumamnya. iapun langsung melenggang keluar rumah.
"JELITA!!!! SIAPA NIH? CAKEP BENER!!!" serunya nyablak. Seby menoleh kearah kakaknya dan langsung menyeret kakaknya.
"Heh, toa banget sih lo! masuk gih sono" bisiknya.
"Iya...iya...yang lagi pacaran kagak mau di ganggu" godanya hendak masuk rumah tapi pertanyaan Rio menghentikannya.
"Jelita? bukannya nama elo Seby?"
Dengan senyum sumringah, Ozan siap menerangkannya. "Jadi, jelita itu hbmpphhh..." secepat kilat Seby membungkam mulut Ozan dan menyeretnya masuk kedalam rumah.
"Bentar ya, Rio!" kata Seby tersenyum kaku pada Rio yang keheranan.

"Aduuh....Jelita apaan sih lo! tangan lo tuh bau tau. abis megang apa sih lo? ngupil kagak cuci tangan ya? asin gitu"
"Elo tuh berisik banget tau! jangan malu-maluin gue. udah elo di rumah aja" Seby menutup pintu ruang tamu dan kembali menghampiri Rio.
meski sudah di kurung di dalam rumah, Ozan tetap mengintip, disusul ibunya yang tadi sempet ngumpet pas Seby masuk rumah.

"Gila, Bu! calon mantu Ibu ganteng banget"
Ibu Ira senyum merona merah. mendadak, di benaknya melayang gambaran saat ia melihat Seby dan sang cowok itu menikah. dengan gaun pengantin cantik serba putih, keduanya sungkem di bawah kakinya meminta restu. dan keesokannya sudah punya anak yang lucu. pipinya gembil, matanya mirip Seby, senyumnya mirip si bapak.
"KYAA!!!! Ibu nggak sabar mereka cepet nikah" serunya tertahan sambil merem melek. Ozan mendelik.
"Bu, baru calon, Bu! janga heboh gitu deh"
"Makanya kamu ke masjid sana, banyak doa, shalat jama'ah, minta sama Allah supaya adik kamu nikah sama dia. kan bangga punya adik ipar cakep"
Ozan tersenyum lebar "Asal nggak ngalahin ketampanan aku aja, Bu!"

Seby tak mengetahui kalau dibalik tirai itu ada dua orang yang lagi sibuk ngintipin dirinya dan Rio.
Seby merasa tidak enak dengan Rio atas adegan barusan ia menyeret-nyeret kakaknya.
"Sorry, tadi kakak gue!" Seby tersenyum malu. Rio tersenyum maklum.
"Elo punya kakak? wah asik banget dong! apalagi kayaknya kakak lo gokil gitu"
"Yah gitu deh. ada enaknya, ada nggak nya. elo punya kakak juga?"
Rio menggeleng pelan. "Anak tunggal, tanggul, tenggol. pokoknya anak satu-satunya"
Seby tertawa pelan. "Disayang banget dong lo! pantesan cerewet"
Rio mengerutkan alisnya "Emang ada hubungannya?"
"Eng...kayaknya sih nggak ada. udah ah, lupain aja! btw, makasih ya atas tumpangannya dan foto copy-nya. ntar gue ganti kok kalau duit bulanan gue udah turun"
"Nggak usah. anggap aja itu balasan pulsa kemaren. malah kayaknya kurang deh. ntar deh gue ganti dengan mentraktir lo. lebih nikmat tuh. daripada buat beli pulsa, buat apa? nggak bikin kenyang, nggak bikin pu-"
"Rio, cukup! iya, kapan-kapan elo traktir gue juga oke" Seby mengintrupsi supaya Rio nggak berbicara panjang lebar lagi.
"Oke deh gue balik dulu" Rio memakai helmnya dan mulai men-stater motornya.
"Tapi gue masih nggak ngerti sama jelita itu. gimana sih? nama lo Seby Jelita? keren juga tuh!" kata Rio masih belum juga menarik gas motornya.
"Udah deh sono pulang! nanya-nanya mulu. ntar kapan-kapan gue jelasin deh. sono!" Seby mendorong-dorong Rio agar menjauh.
"Iya, iya gue balik. btw, elo anak Dinamika kan? besok gue ada urusan di sekitar sana, mau bareng nggak? jujur, gue nggak tau jalan hehe"
Seby menghembuskan napas sambil memutar kedua bola matanya. "Iya deh terserah aja! gih sono pulang"
Rio menarik gasnya tapi Seby malah menarik jaketnya lagi untuk berhenti.

"Eh, tunggu...tunggu...tunggu..."
"Apa lagi? katnaya suruh cepet pulang"
Seby mendekatkan dirinya ke Rio. "Besok ketemuan di bangunan kemaren aja ya. jangan di rumah gue. oke!" jelas Seby. baru saja Rio ingin bertanya mengapa, Seby langsung mengancungkan jari telunjuknya. "Jangan banyak tanya kalau mau barengan"
akhirnya Rio cuma manggut-manggut aja. ia pun berlalu dari rumah Seby.

Seby berbalik masuk rumah tapi tatapannya menangkap sosok Dhea sedang di teras rumah depan. Seby mengerutkan alisnya. jangan-jangan itu cewek liat lagi tadi ada Rio disini.
tapi Dhea hanya tersenyum saja. senyum seperti baisanya yang selalu bikin Sebu sebal. nggak dengan semua orang di kampung ini yang menganggap senyumnya manis.manis dari hongkong? setau Seby, yang manis itu cuma gula, tebu dan sebangsanya. kagak ada tuh senyuman kok manis.
***

Bukan karena cowok gondrong itu, bu Amri memuji hasil tugas yang ia beliau berikan seminggu lalu. Seby berusaha menabahkan hatinya. sedangkan cowok gondrong disampingnya, terus saja mengumbar senyum.
"Tugas kalian mendapa nilai sempurna diantara tugas-tugas lainnya. saya tidak habis pikir, bagaimana bisa kalian mendapatkan tema yang lain daripada yang lain ini"
"Karena awalnya saya tidak tau temanya apa. yaudah saya pakai tema yang udah di depan mata aja. eh, kebetulan aja masih sesuai aturan" batin Seby menjawab. sedangkan jawaban si gondrong ini..."Ya, saya kan ingin berinovasi, Bu! syukur deh kalau ibu suka"
Seby ternganga. what? saya? itu gue yang ngerjain!!!! dia cuma modal suara doang alias marah-marah kalau tugas belum kelar padahal udah mendekati deadline.
Tapi sudahlah, toh dia juga kedapetan nilai ini.

Keluarnya dari ruang guru, si cowok gondrong itu langsung ngacir ke kantin. ya jelaslah sama teman-teman genknya. Seby memilih ke perpus di lantai atas. di koridor kakak kelas, ia meihat seorang kakak kelas yang dulu pernah satu angkot dengannya. nggak jauh beda kayak di angkot, di sekolahpun ia memalingkan wajahnya. Diam-diam Seby memperhatikannya. jadi beginikah penampilan para kakak kelasnya yang terkenal eksis? rambut panjang terkerai dengan anggunnya, wajahnya mulus dengan bedak dan lipgloss, seragamnya pas di badan dengan rok sedikit diatas lutut. jalannya pun harus mempesona. begitu sang kakak kelas melintasinya, aroma bunga mawar menusuk ke hidung Seby.
Seby menoleh, memandang terpesona para kakak kelasnya yang sudah melenggang menuju kantin.

BRUK. seseorang menabrak bahunya.

"Kalau bengong tuh jangan di tengah jalan dong!" omel cewek yang Seby tau dari kelas sebelah. cewek itu lalu pergi bersama dua temannya dan terkikik-kikik geli melihat reaksi kaget Seby.
Seby memutuskan kembali berjalan, tak memperhatikan sang kakak kelas lagi. kayaknya perpus emang pilihan yang tepat deh. disana nggak ada yang berisik, nggak ada para kakak kelas yang eksis, dan nggak ada si gondrong yang bawel. tapi disini juga nggak ada Rama. mendadak Seby jadi pengen melihat wajah tampan itu meski hanya sekali.
maka dari itu, Seby memberanikan dirinya tuk melangkah menuju kelas sang idola.
belum sampai kelasnya aja dia udah deg-degan, perutnya mendadak sakit dan tangannya berkeringat dingin.
ia berhenti, memutuskan untuk berbalik, membatalkan kunjungannya ke kelas sang idola.

"Nggak bisa! elo harus berani, Seby! jangan jadi pengecut. cuma lewat doang ini" batinnya. ia kembali melangkah, semakin ia melangkah, semakin dekat ia dengan sang kelas idola, dan semakin sakit perutnya. mendadak dia pengen pergi kebelakang. dia tidak bisa merasakan jantungnya ada di rongganya. entah ada dimana, berdekup menggedor-gedor dadanya minta di bebaskan.
Seby menarik napas panjang, dan dengan takut-takut menoleh ke kiri pas melewati kelas itu. ada banyak siswa di dalam kelas, tidak seperti kelasnya yang selalu kosong tiap kali jam istirahat. banyaknya siswa membuat Seby bingung mencari keberadaan sang idola. ia terus menoleh sambil terus berjalan.
DUAK!

apa yang terjadi dengan Seby?? yuk intip di part 5...

0 comments:

Followers

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP